Petani Muda Kalsel Belajar Smart Farming di Jatim

0

Foto-Humas SMK PP Negeri Banjarbaru.

Kalimantan Selatan terus mempersiapkan tenaga-tenaga muda profesional di sektor pertanian.Sejumlah petani muda pun disiapkan dalam upaya program regenerasi petani melalui Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS).

Beragam upaya pun dilakukan dalam menggerakan petani-petani muda potensial Banua. Seperti yang dilakukan Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negeri (SMK-PPN) Banjarbaru selaku Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Provinsi Kalsel. Sekolah vokasi pertanian ini pun terus mengembangkan dan memperkuat program kewirausahaan dan ketenagakerjaan pemuda.

Dan yang terbaru dalam Program YESS, sekolah ini pun memfasilitasi kegiatan studi banding bagi petani muda cabai ke Jawa Timur. Kegiatan tersebut berlangsung sejak Minggu (28/07/2024) hingga Rabu (31/07/2024) tadi.Kegiatan sendiri  bertujuan untuk mempelajari berbagai praktik sukses dalam pertanian modern.

Selama di Jawa Timur, para petani muda Banua ini belajar dari dekat perjuangan petani-petani setempat.Termasuk belajar mengenai pelajaran dari pengalaman sukses dan studi banding ke Petani Sukses di P4S Pujon Kidul.

Tak hanya itu mereka juga mendapatkan pengetahuan mengenai korporasi dan pembinaan petani muda sukses di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang bersama Direktur Polbangtan Malang.Dalam momen ini petani muda Kalsel juga mengunjungi petani cabai dan paprika serta koperasi petani milenial di Pasuruan.

Melalui kegiatan ini pula diharapkan para petani dapat menerapkan visi bertani cabai secara modern dengan menggunakan Smart Farming dan Smart Greenhouse serta dapat mencari Solusi terhadap permasalahan di lapangan terkait pupuk dan permodalan.

“Petani muda diharapkan bisa menerapkan pertanian yang efektif, efisien, dan menguntungkan. Petani bisa mencari modal melalui CSR, KUR, atau Bank Indonesia. Dan jangan segan untuk berhubungan dengan BPP dan Dinas Pertanian,” ungkap Kepala SMK-PP N Banjarbaru sekaligus penanggung jawab Program YESS di Kalimantan Selatan, Budi Santoso.

 

Foto – Humas SMK PP Negeri Banjarbaru.

Ia juga menekankan bahwa bisnis cabai sangat menjanjikan jika dijalani dengan baik. Kelangkaan pupuk tidak seharusnya menjadi penghalang, karena pupuk organik dapat dimanfaatkan.

“Penggunaan pupuk harus sesuai rekomendasi, karena jika tidak sesuai dengan takaran, justru hanya akan menjadi pemborosan modal usaha. Sebagai petani muda harus mempunyai visi ke depan untuk memajukan pertanian,” katanya.

Kegiatan ini pun dinilai memberikan wawasan dan pengetahuan tersendiri bagi petani muda di Kalsel. Terlebih banyak hal-hal bermanfaat yang bisa didapat, terutama bagi petani yang masih membutuhkan pengetahuan dalam bertani.

“Kegiatan ini membuka wawasan bagaimana agar petani Kalimantan Selatan tidak hanya mengerti dalam hal budidaya tetapi juga mengerti dan dapat mengimplementasikan agribisnis dari hulu hingga ke hilir,” ucap Ika Kurniasih, salah satu petani muda yang mengikuti kegiatan ini

Kegiatan studi banding ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi petani muda di Kalimantan Selatan untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pertanian mereka, sehingga mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Kegiatan ini pun selaras dengan program Kementerian Pertanian RI, yang juga mendorong penumbuhan jiwa wirausaha pertanian. Bahkan Kementan pun menjadikan hal ini satu fokus dari programnya yakni Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS). Sebuah kolaborasi solid bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD).

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman terus berupaya meningkatkan produksi pangan strategis. Hal ini tentunya perlu dukungan dari SDM pertanian yang memiliki potensi besar yang berasal dari usia produktif.

Secara terpisah, Plt. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa regenerasi petani adalah harga mati yang harus dilakukan.

“Karena petani milenial inilah berperan penting di dalam pembangunan pertanian Indonesia bukan hanya saat ini tetapi 10 hingga 20 tahun kedepan,” pungkasnya. (Olpah Sari).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version