Pesona dan Gaya Pakaian Pamadihin Syahril dan Fadil di Panggung

Madihin Beat Box belakangan ini menjadi tren di industri hiburan kesenian tradisional. Dua anak muda Banjarmasin Syahril dan Fadil adalah yang mempopulerkan seni bertutur khas Banjar, Madihin.

Tak hanya improvisasi yang membuat popularitas pamadihinan muda meningkat, namun seniman muda memiliki kekhasan tersendiri dari segipenampilan dengan  busana yang trendy. Penampilan Pamadihinan Syahril dan Fadil tak kalah jadi pusat perhatian saat tampil di atas panggung.

Baik Syahril maupun Fadil lebih senang tampil modis namun bergaya santai dan simpel. Tak heran ini menjadi pembeda dari Pamadihinan kebanyakan. Karena kedua seniman Gen-Z penampilan cukup berbeda namun “ikonik” hingga pembuat Madihin tak lagi dianggap biasa, namun kesenian mempesona dan luar biasa.

Bagi seniman yang bernaung dalam binaan Gekrafs (Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional) Kalsel, mereka lebih nyaman mengenakan busana yang lebih menonjolkan fesyen tanpa menghilangkan kearifan lokal. Kedua seniman ini tetap mempertahankan balutan Sasirangan dalam setiap kostum yang dikenakan setiap tampil.

“Bagi kami adalah bagaimana membawakan kesenian itu menarik. Tak hanya dari segi bertutur dan baturai pantun, segi busana atau pakaian harus rapi dan berbeda. Kami tetap membawa Sasirangan sebagai branding busana yang kami kenakan dari panggung ke panggung,” tutur Fadil, usai tampil manggung di Kabupaten Paser, Kaltim, beberapa saat lalu.

Fadil sendiri sangat berterima kasih dengan atensi seorang Ketua Gekrafs Kalsel, H Andi Fitri SE yang mensupport mereka dalam berbagai event. Bahkan mereka selalu diberikan masukan agar tetap konsisten berpenampilan rapi dan menjaga marwah seorang seniman dengan baik dan profesional.Dengan mengusung konsep budaya dan modernisasi, keduanya memadukan baju andro gandre dan kain sasirangan plus laung menteri, semakin membuat keduanya kian moncer.

“Masukkan Bang Haji Andi Fitri memang menginspirasi bagaimana di tengah performance kesenian, segi penampilan juga mengedepankan kerapian berpakaian dan mencerminkan intelektual tanpa menanggalkan sebuah kearifan lokal,” terang Fadil, yang semula bercita-cita menjadi Bankir.

Tampil rapi serta terkesan resmi namun nyaman saat dipanggung, menjadikan pasangan ini sebagai Pamadihinan muda berbeda. Bagi seorang Syahril, penampilan rapi dan busana yang didesain dengan memadukan adat Banjar adalah bagian bagaimana mereka ingin memberikan pandangan sesungguhnya kesenian itu adalah sebuah keindahan dan kerapian serta sebuah kehormatan.

“Kalau sehari-hari ulun (saya,red) hanya berpenampilan jeans dan kaos karena lebih nyaman dan santai. Namun kalau di panggung kami harus menjaga estetika dan marwah sebuah kesenian, yang kami balut dengan pakaian yang bagus dan pantas, minimal rapi. Jadi terlihat ganteng jua ulun,” ujar Syahril yang disambut gelak tawa wartawan yang meliput mereka.

Ketua DPW Gekrafs Kalsel, H Andi Fitri SE, sangat mengapresiasi penampilan kedua Pamadihinan ini. Karena tetap menjunjung tinggi kearifan lokal, terutama menjaga pakaian adat daerah dalam setiap penampilan. Namun ia mengaku respek dengan busana yang dikenakan keduanya di berbagai event baik lokal maupun nasional.

“Kalau menurut kami mereka berdua cukup modis dan rapi, disamping  kepiawaian memainkan kesenian Madihin dengan baik dan profesional. Fashionable sekali dan sedikit menambah ekselent ketika performance di panggung.Memang tidak ada kewajiban, namun berpakaian rapi dan sopan itu menurut kami  sangat baik dan menginspirasi,” pungkas Andi Fitri. (M.Irfani).