Perjuangan Panjang Sasirangan Itu Asli Kain Khas Kalsel

0

Ketua Perkumpulan Masyarakat Kalimantan Selatan, Fahruzzaini SH i,.

Kalimantan Selatan tak hanya memiliki pesona alam yang luar biasa dinikmati untuk berwisata, namun juga menyimpan produk warisan budaya.Salah satunya yang paling berharga adalah Kain Sasirangan.

Sasirangan pun menjadi ikonik bagi Banjarmasin maupun kota lainnya di Bumi Pangeran Antasari.Terlebih setiap tahun nama Sasirangan diabadikan dalam satu event berkelas “Banjarmasin Sasirangan Festival”

Sasirangan sendiri adalah kain khas Suku Banjar, Kalimantan Selatan. Merujuk beragam literatur, kain ini juga memiliki nilai historis yang umumnya digunakan sebagai kain adat, baik masyarakat atau kalangan bangsawan suku Bajar.

Beruntungnya kita saat ini ternyata sejatinya Sasirangan itu salah satu wujud pengetahuan lokal masyarakat Kalimantan Selatan, meskipun saat ini kain Sasirangan sudah digunakan dalam keseharian.Sejatinya pula Sasirangan berasal kata menyirang yang berarti menjelujur. Karena pada saat pengerjaannya dilakukan dengan cara menjelujur kemudian diikat dengan tali rafia dan dicelup. Sesuai dengan asal-usulnya, kain Sasirangan diwariskan secara turun temurun sejak abad XII.

 

Penyerahan Indikasi Geografis Kain Sasirangan Kalimantan Selatan diterima langsung Sekdaprov Kalsel, Roy Rizali Anwar.

Bagi masyarakat Kalimantan Selatan, satu kisah turun-temurun yang melekat kuat jadi satu historis sejarah. Konon Sasirangan dibuat pertama kali oleh Patih Lambung Mangkurat setelah bertapa salam 40 hari 40 malam di atas rakit Balarut Banyu (dilansir Kompas.Com).

Ketika diakhir pertapaannya itu, tepatnya  saat rakit tiba di daerah Rantau, Kota Bagantung, ia mendengar suara perempuan yang keluar dari buih, yang belakangan adalah Putri Junjung Buih.Putri cantik kelak menjadi ratu di daerah ini.

Putri akan menampakkan wujudnya jika permintaannya dikabulkan, yaitu sebuah istana Batung dan selembar kain yang ditenun dan dicalap (diwarnai).  Untuk pembuatan kedua permintaannya itu, Putri hanya memberikan waktu satu hari. Kain yang ditenun dan diwarnai itu disebut kain Langgundi.

Konon saat itu, Putri Jujung Buih menginginkan kain Langgundi yaitu kain tenun berwarna kuning. Dimana, kain ditenun dan diwarnai oleh 40 orang wanita dan masih perawan dengan motif padiwaringin. Dalam cerita masyarakat setempat, motif padiwaringin merupakan motif pertama pada kain Sasirangan.

 

Desain busana Sasirangan nan mempesona saat tampil di Kantor Kemenparekraf di Jakarta.

Historis sejarah itu membuat Kain Sasirangan perlahan mulai dikenal dimana-mana. Terlebih di zaman pemerintah Gubernur HM Said, Kain Sasirangan diperkenalkan sebagai pakaian yang dikenalkan para PNS (sekarang ASN) dan sekarang menjadi kebanggaan masyarakat di Banua. Termasuk menjadi seragam sekolah mulai SD, SMP hingga SMA/SMK.

Di tengah perjalanan Sasirangan pun “nyaris” diklaim milik suatu daerah dan negara. Beruntunglah masyarakat Kalimantan Selatan mengukuhkan warisan tak benda menjadi milik asli bumi Lambung Mangkurat.

Dan Rabu, tanggal 19 Juni 2024, menjadi pembuktian. Tepat di Hotel Gsign Banjarmasin, masyarakat menyaksikan momen bersejarah bagi Kalimantan Selatan, yaitu penyerahan sertifikat indikasi geografis untuk kain Sasirangan.

“Ini bukan hanya sekadar penyerahan sertifikat, melainkan simbol dari perjuangan panjang yang telah kita lalui bersama. Upaya yang tak kenal lelah dari berbagai pihak, mulai dari pengrajin, pemerintah daerah, hingga masyarakat luas, telah membuahkan hasil yang membanggakan. Kini, Sasirangan resmi dan paten menjadi milik Kalimantan Selatan,” ujar Ketua Perkumpulan Masyarakat Kalimantan Selatan, Fahruzzaini SH i, kepada Economic Travelling.Com, Senin (24/06/2024).

Fahru sapaan akrab penggiat Ekonomi Kreatif Banua ini adanya pengakuan ini , kain Sasirangan terpatenkan secara legal dan menjadi milik masyarakat di Banua.

“kain Sasirangan akan semakin dikenal, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di kancah internasional. Semoga langkah ini menjadi awal dari kemajuan yang lebih besar bagi industri kreatif dan kebudayaan kita,” kata pria yang sering menjadi pembicara seminar ekonomi kreatif.

Sasirangan sebagai salah satu warisan budaya khas Kalimantan Selatan pun resmi dipatenkan dan terdaftar secara hukum atas terbitnya sertifikasi yang diterima langsung oleh Sekdaprov Kal-Sel Roy Rizali Anwar, yang sebelumnya telah didaftarkan HAKI.

Wali Kota Banjarmasin, H Ibnu Sina pun merasa bersyukur dengan dengan Sasirangan yang sudah terdaftar resmi di HAKI. Reward Kementerian Hukum dan HAM atas Sasirangan pun patut diapresiasi.

Dirinya juga berharap pula penghargaan membuka semua produk yang dimiliki Banjarmasin bisa dipatenkan dan terlindungi dari segi legalitas hukum.

“Mudah-mudahan dengan ini semakin banyak produk-produk kita yang bisa terlindungi, jangan sampai nanti Sasirangan ada pihak-pihak yang mengklaim karena ada loh beberapa kota kabupaten di Indonesia yang mirip-mirip kita meski namanya berbeda,” harapnya.

Lebih lanjut, Ibnu Sina ingin memastikan segala produk dan merek terutama produk unggulan daerah itu mesti dipatenkan hak kekayaan intelektualnya.

Sementara itu Kakanwil Kemenkumham Kalsel Taufiqurrahkman mengungkapkan ajang Mobile Intellectual Property Clinic merupakan media promosi terkait pentingnya hak kekayaan intelektual di samping pemberian penghargaan kepada pemerintah Provinsi dan Kabupaten dan kota.

“Tentu ini tujuannya untuk memacu pemerintah kabupaten dan kota  untuk mendaftarkan hak kekayaan intelektual yang ada di daerahnya masing-masing. Apakah itu hak paten merek maupun indikasi geografis mengingat ini sangat penting karena akan dilindungi oleh hukum,” ujarnya.

Hal terpenting juga menurutnya dengan kain Sasirangan telah resmi menjadi produk asli Kalimantan Selatan dan telah diakui secara hukum.

“Termasuk tadi salah satunya terkait indikasi geografis kain Sasirangan kepada pemerintah provinsi Kalimantan Selatan, jadi tidak mungkin bagi wilayah, provinsi apalagi negara lain untuk merebut kekayaan intelektual yang sudah diberikan tersebut,” tambahnya lagi.(Olpah Sari)

Olpah Sari – Penulis – Editor Economic Travelling.Com.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version