Peremajaan Sawit dan Mensejahterakan Petani, Ini Komitmen Bersama  Gapki dan NU

0

Palembang – Kesejahteraan petani dan peremajaan sawit, menjadi point penting sebuah Memorandum of Understanding (MoU) yang diteken Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dan Nahdhatul Ulama (NU). Kedua organisasi besar ini, menjalin kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit dengan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pendampingan kemitraan petani kelapa sawit warga Nahdatul Ulama, Jumat (04/03/2022).

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono, mengatakan Gapki bersama NU akan bekerja sama dalam pelaksanaan Peremajaan Sawit Rakyat bagi petani NU melalui kemitraan dengan perusahaan sawit dalam bentuk pembinaan dan pendidikan.

“ MoU ini penting agar petani kelapa sawit NU dapat terus meningkatkan produktivitas dalam budidaya kelapa sawit. Dengan produktivitas yang lebih baik, diharapkan petani kelapa sawit lebih sejahtera,” kata Ketua Umum Gapki Joko Supriyono

Produktivitas dan kesejahteraan petani sendiri , menurut Joko, sangat penting bagi perkembanbangan sebuah wilayah. Ia menjelaskan bahwa semakin sejahtera petani, maka roda perekonomian disebuah daerah akan lebih cepat berputar.

“Dengan demikian, akan terjadi multiplier effect yang menyebabkan sektor-sektor lain yang mendukung industri sawit dan juga kebutuhan petani ikut berputar,” urai Joko.

 

Joko menyebutkan bahwa kelapa sawit telah membangun ekonomi daerah. Karena wilayah yang memiliki kelapa sawit mengalami peningkatan perekonomian yang signifikanOleh karenanya, wilayah tersebut berkembang baik secara ekonomi maupun sosialnya.“Sawit mampu membangun peradaban di daerah-daerah yang dahulu dalam kondisi terpencil,” sebutnya.

Sementara Ketua Umum Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama, Yahya Chalil Staquf, menyatakan Peradaban tidak akan bisa bertahan jika tidak bisa menjaga alam. Pria yang biasa dipanggil Gus Yahya ini mengingatkan jika dulu Kerajaan Sriwijaya yang besar selama 700 tahun harus kehilangan kejayaannya karena gagal mengelola alam.

“Sriwijaya kalah karena gagal merawat sungai musi sehingga terjadi pendangkalan akses Sriwijaya terhadap dunia luar  menjadi terputus.,”ungkapnya.

 

Terkait inilah NU mendasari untuk terus menjaga jagat (alam). “Kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi seluruh dunia, tidak akan mampu bertahan jika tidak mampu merawat alam,” terang Gus Yahya.

Dalam kesempatan itu Gus Yahya menegaskan,  MOU sendiri merupakan wujud formulasi gagasan NU bersama dengan pemerintah, dan pengusaha-swasta untuk berupaya mengikhtiarkan kemakmuran sekaligus merawat alam.(Olpah Sari Risanta).

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version