Tiga Tahun GAPKI Kelola Mangrove Menjaga Abrasi di Kalteng

0

Prosesi penanaman Mangrove bersama GAPKI dan Pemkab Kotawaringin Barat.

Ini kabar buruk jika tidak ada tindakan nyata. Ternyata kerusakan garis pantai menjadi ancaman bagi keseimbangan alam di Kalimantan Tengah (Kalteng). Berdasarkan kajian resiko bencana nasional Kalimantan Tengah, gelombang ekstrem yang muncul akibat siklon tropis ini menimbulkan potensi abrasi di Kalteng.Dan Kabupaten Kotawaringin Barat disebut-sebut sebagai kawasan yang memiliki luasan abrasi tertinggi di Kalteng.

Hal ini disampaikan langsung Pejabat Bupati Kotawaringin Barat, melalui Asisten II Setda Kobar, Kamaludin, saat acara penanaman bakau atau mangrove yang diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), di Desa Sebuai, Kotawaringin Barat, Sabtu (14/09/2024)

“Kabupaten Kotawaringin Barat sangat memerlukan berbagai upaya pencegahan. Hal ini mendesak untuk dilakukan oleh semua pihak,” ujarnya.

Sekedar diketahui penanaman Mangrove sendiri merupakan tahap ketiga ini diinisiasi oleh GAPKI bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan melibatkan Kelompok Tani Talok di Desa Sebuai, Kobar ini dilakukan di atas lahan 20 Hektar dengan menggunakan 55 ribu bibit mangrove.

 

Asisten II Setda Kobar, Kamaludin didampingi Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono memberikan keterangan pers disela-sela kegiatan menanam Mangrove.

Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono mengungkapkan sebanyak 88 ribu pohon mangrove berhasil dikelola pada 30 hektar pesisir pantai dalam tiga tahun terakhir.

“Keberhasilan pengelolaan mangrove ini ditunjukkan dari tingkat kelangsungan hidup mangrove yang mencapai 90 persen,” ucap Mukti.

Dengan adanya program rehabilitasi di 2024 ini, maka tercatat GAPKI telah menanam  lebih dari 140 ribu mangrove di atas 50 hektar lahan, sejak program ini dijalankan sejak 2021 silam.

“Kegiatan ini sebagai komitmen GAPKI dalam pelestarian lingkungan yang berkesinambungan,” tegas Mukti.

Lebih lanjut,Ia berharap, kegiatan ini dapat menggugah seluruh pihak akan pentingnya penanganan abrasi.

Kepala Desa Sebuai, Tohari mengaku program rehabilitasi yang diinisiasi GAPKI bersama dengan Kemenko Marves memberikan dampak panjang yang luar biasa. Menurutnya, bukan hanya mampu menahan abrasi dengan sangat efektif, rehabilitasi mangrove juga menciptakan ekosistem baru bagi biota laut.

“Pergeseran abrasi pantai terus bertambah akibat perubahan iklim, rehabilitasi mangrove menjadi langkah nyata dalam penanganan abrasi. Investasi ini memberikan dampak langsung kepada seluruh lapisan masyarakat dan tentu saja untuk lingkungan, terutama sebagai sumber tumbuh kembangnya ekosistem laut” kata Tohari.

Baginya, area konservasi mangrove tidak hanya menjaga ekosistem pantai secara berkelanjutan, namun mampu memberikan kehidupan baru bagi tumbuhan dan binatang yang memberikan manfaat dan mata pencaharian baru bagi masyarakat setempat di Desa Sebuai.

Banyak alasan mengapa masyarakat, koorporasi dan pemerintah menanam Mangrove, karena sejatinya mencegah abrasi. Penanaman mangrove dapat mengurangi potensi abrasi pada daerah pesisir pantai.

Tak hanya itu menanam Mangrove juga untuk  menjaga keseimbangan ekosistem laut, yang penting bagi kehidupan masyarakat pesisir.

Mangrove dapat menyerap karbon 4-5 kali lebih baik dibanding pohon lainnya. Menyerap sampah dan logam berbahaya Hutan mangrove dapat menyerap semua jenis kotoran yang berasal dari sampah manusia maupun kapal yang berlayar di laut. Disamping itu Hutan mangrove dapat membuat kualitas air menjadi lebih bersih. (Olpah Sari).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version