Belajar Budidaya Eco-Enzyme Bersama Koperasi Jasa Pegiat Pariwisata

0

Tak hanya disibukkan dengan urusan kepariwisataan, para penggiat pariwisata Banua ternyata juga lebih peduli kepada lingkungan. Hal ini terlihat dari seriusnya praktisi industri pariwisata ini terlibat sejumlah kegiatan peduli lingkungan hingga belajar langsung terkait pembuatan Eco-Enzyme.

Setidaknya ini dilakukan praktisi pariwisata Banua yang tergabung dalam Koperasi Jasa Pegiat Pariwisata, mengerahkan sejumlah anggotanya mengikuti Coaching Clinic pembuatan eco-enzyme dan Madu lebah asli, Kamis sore, di Aula Warung Ketupat Kaum, Banjarmasin, Kamis (18/01/2023).

Dalam pelatihan yang menghadirkan instruktur dan akademisi, Dr Husni Nafarin dan Sudirwo, SE, MM, peserta pun mendapat pengetahuan terkait dengan cairan ajaib yang populer dengan sebutan Eco Enzyme.

Sekedar diketahui cairan ini adalah hasil fermentasi limbah organik dapur menjadi bahan yang mempunyai bahnyak manfaat untuk alam dan manusia.

Manfaatnya pun cukup beragam untuk pertanian adalah sebagai filter udara, herbisida dan pestisida alami, filter air, pupuk alami untuk tanaman, dan dapat menurunkan efek rumah kaca.

“Eco Enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik,”terang Husni Nafarin, saat presentasi dihadapan peserta.

 

Praktisi Bisnis Wisata Kuliner sekaligus Akademisi, Husni Nafarin, mempraktekkan cara membuat Eco Enzyme.

Husni Nafarin yang juga Dosen di Universitas Sari Mulia Banjarmasin, menjelaskan Eco-enzyme memiliki beragam manfaat, antara lain sebagai pupuk tanaman, pembersih kloset, pengusir tikus, sabun cuci piring, pembersih sayuran, obat kumur, dan lain-lain.

“Bahan dasarnya sangat mudah dan sering terbuang begitu sajam seperti limbah kulit buah-buahan.Yang banyak itu nanas dan jeruk dalam berbagai olahan makanan menyisakan limbah berupa kulit buah. Limbah kulit buah nanas dan kulit buah jeruk tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan eco enzyme,” terang Nafarin, begitu panggilan pengusaha muda di bidang wisata kuliner.

Ketua Koperasi Jasa Pegiat Pariwisata Kalsel, Made Ludya Edwi Santhy, pelatihan sendiri salah satu penguatan kapasitas para anggota koperasi yang melibatkan juga masyarakat mitra koperasi. Hal ini juga bagian dari komitmen bagaimana pegiat pariwisata turut mendukung program menjaga kelestarian lingkungan.

“Di satu sisi ada manfaat ekonomi yang bisa didapat dalam belajar pembuatan eco enzyme maupun budidaya madu lebah asli. Karena ini bagian pula dalam mendukung pariwisata berkelanjutan dan kami selalu melibatkan masyarakat khususnya UMKM, dalam sinergi di mana pun untuk mengangkat pariwisata di Banua, “ ujar Ludya yang merupakan Anggota DPRD Tanah Bumbu ini.(Olpah Sari).

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version