Daya Tarik Utama Destinasi Kota di Indonesia Adalah Wisata Kuliner

0

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno "Gimmic" menyajikan Gule Diponegoro untuk dicicipi pengunjung. (Foto-Dok Biro Komunikasi Kemenparekraf).

 

Semarang – Anggapan sebuah kota terkenal karena kulinernya memang ada benarnya juga.Karena keberadaan kuliner sebuah kota di Indonesia turut mengangkat nama daerah dan Indonesia.

Terbukti hingga sekarang produk kuliner asli nusantara sudah mendunia dan menjadi salah satu pilihan menu spesial di sejumlah negara. Sebut saja nasi Padang, Soto Banjar, Soto Lamongan, Soto Betawi, Empek-empek Palembang, Mie Aceh,Mie Bangka, Kerak Telur Jakarta, Ayam Betutu Bali hingga Ayam Taliwang Nusa Tenggara Barat. Tak hanya itu nama sebuah restoran dan rumah makan pun mengangkat nama daerah, seperti Rumah Makan Padang, Warung Tegal.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan wisata kuliner menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan ketika mengunjungi destinasi kota-kota besar di Indonesia.

“Wisata kuliner merupakan salah satu daya tarik utama untuk beberapa kota di Indonesia termasuk Kota Semarang,” kata Menparekraf Sandiaga saat meresmikan Guldip (Gule Diponegoro) Cabang Semarang, Rabu (13/9/2023) malam.

Menparekraf Sandiaga menjelaskan hampir 48 persen preferensi wisatawan berkunjung ke kota-kota besar di Indonesia sebagai tujuan wisata adalah karena daya tarik wisata kuliner. Oleh karena itu, ia mendorong agar pelaku ekonomi kreatif khususnya generasi muda dapat menjadikan kuliner sebagai salah satu sektor unggulan.

 

Gule Diponegoro Semarang salah satu kuliner yang mendapat perhatian seorang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno (Foto-Dok Biro Komunikasi Kemenparekraf).

Melalui inovasi, kolaborasi, dan adaptasi, para pelaku kreatif dapat menghadirkan ragam kuliner yang menarik bagi wisatawan. Terdapat data terbaru yang dapat dijadikan sebagai panduan bagi para pelaku usaha ekonomi kreatif khususnya subsektor kuliner dalam melakukan usaha. Yakni price point rata-rata dari transaksi ekonomi kreatif kuliner di kota seperti Semarang adalah Rp50.000 dengan demografi rata-rata usia pengunjung hingga 40 tahun.

“Rata-rata waktu mereka ketika datang sekitar 28 menit. Data-data ini dapat menjadi panduan bagi para pelaku ekonomi kreatif termasuk influencer dalam menghadirkan dan mengembangkan suatu produk atau konten,” ujar Menparekraf Sandiaga.

Salah satu yang diapresiasi Sandiaga Uno adalah Gule Diponegoro. Karena kehadiran Guldip di Kota Semarang yang akan menambah alternatif daya tarik wisatawan ke Kota Semarang. Selain juga memperkaya produk-produk kreatif kuliner Kota Semarang.

“Kalau orang ke Semarang ini selain karena wisata berbasis alam, yang paling disukai adalah wisata kuliner. Jadi Guldip ini mudah-mudahan bisa menjadi salah satu destinasi wisata kuliner kebanggaan kita semua dan harapannya mampu mendorong penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru di (tahun) 2024,” kata Menparekraf Sandiaga. (Olpah Sari).

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version