Dengan Smart Farming Sedikit Biayanya Melejit Untungnya

0

 

Banjarbaru – Kementerian Pertanian mendorong penerapan teknologi dalam meningkatkan produksi. Salah satu nya mendorong agar penerapan program smart farming di Indonesia terus dilakukan.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan smart farming adalah solusi pasti bagi peningkatan nilai tambah produk pertanian sekaligus meningkatkan efisiensi, sehingga perbaikan ekonomi dan peningkatan produksi bisa diwujudkan.

Menurut SYL, percepatan menuju pertanian modern dapat diwujudkan secara cepat apabila program tersebut dapat dikembangkan secara baik. Yang pasti, kata dia, efisiensi tenaga, waktu dan biaya produksi harus bisa diturunkan hingga 30 persen.

“Dengan efisiensi, marginnya bisa kita naikan. Saya kira semua bisa kita wujudkan dengan kebersamaan. Dan ingat pertanian itu memberi keuntungan dan memberi kebaikan,” ujar Syahrul.

Menindaklanjuti Gerakan smart farming dan Low-Cost Precision Farming, Badan PPSDMP, Kementan melalui Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) kembali menggelar Milenial Agriculture Forum (MAF), dengan mengangkat tema “Organic Fertilizer Untuk Pertanian Berkelanjutan”.

MAF yang di fasilitasi oleh Pusat Pendidikan Pertanian ini mengambil tema “Sedikit Biayanya Melejit Untungnya”, untuk mendukung pertanian presisi melalui smart farming tentunya dengan biaya rendah atau Low Cost Precision Farming. MAF kali ini sendiri dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Kementan yaitu SMK-PP Negeri Banjarbaru melalui daring, Sabtu, (11/3/2023).

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi yang menjelaskan, tujuan pelatihan Low-Cost Precision Farming dalam rangka menguatkan implementasi program utama Kementan yaitu digitalisasi pertanian.

“Lebih khusus lagi kita membangun terus precision farming. Lebih khusus lagi precision farming alias low cost yang sudah terbukti mendongkrak produktivitas pertanian, memperbaiki kualitas produk pertanian dan menjamin kontinuitas pertanian sehingga tidak hanya kuantitasnya saja,” jelas Dedi yang hadir dan sekaligus membuka Volume Vol 4 Edisi 10 tahun 2023.

 

 

Lebih jauh Dedi menambahkan, mahalnya biaya produksi dan dan daya saing produk pertanian yang rendah yang berujung tidak bisa ekspor menjadi persoalan yang harus dipecahkan. Karena itulah kata kuncinya terletak pada produktivitas dan kualitas produk pertanian.

“Kita juga harus tekan ongkos produksi, biaya produksi yang mahal itu, karena berarti kita belum efisien, berarti daya saing produk pertanian kita masih rendah, berarti kita tidak mampu ekspor, jadi kuncinya kita tingkatkan produksitifitas dan kualitas produk pertanian kita,” ujarnya lagi.

Sementara itu  Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru, Budi Santoso mengatakan krisis pangan global, cuaca yang tidak menentu dan serba tidak menentu, mengharuskan mereka harus mengambil langkah dan terobosan di sektor pertanian.

“Pemilihan tema ini sesuai dengan kondisi saat ini tidak menentu, seperti krisis pangan global, cuaca yang tidak menentu, ekploitasi alam, sehingga perlu terobosan untuk pertanian saat ini,” ucap Budi Santoso.

Milenial Agriculture Forum (MAF) kali ini, mereka  telah mengundang 2 narasumber untuk memberikan materi. Kedua narasumber tersebut adalah Abdul Roni Angkat Kepala Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Lampung, dan Abdul Gushai Uzuluddin selaku Petani Milenial, Ketua Kelompk Tani dan juga Owner Landicang Farm di Samboja,Kalimantan Timur.

Dalam MAF ini peserta mendapatkan materi dari Abdul Roni berupa penggunaan smart farming berbasis teknologi. Metode ini telah di aplikasikan oleh Bapeltan Lampung dalam budidaya dan mekanisasi pertanian sehingga menciptakan Pertanian Presisi berbiaya rendah (Low Cost Precision Farming).

Metode Precision Farming System 4.0 diatas sendiri juga telah di aplikasikan di beberapa wilayah di Indonesia seperti di Kalimantan Selatan, Lampung, Sumatra, Sulawesi, Jawa dan beberapa wilayah lainnya .

Sedangkan Abdul Gushai mengusung tema Penerapan Precision Farming di Landicang Farm khususnya dalam budidaya dengan metode hidroponik.

Abdul Gushai menjelaskan bahwa dengan penerapan Precision Farming dalam hidroponik dapat meningkatkan pertumbuhan, hemat pupuk, air lebih efisien, hama penyakit dapat dikurangi, hemat tempat, hemat tenaga, hara dan Ph lebih teliti, tidak perlu pengolahan tanah, hemat biaya dan tentunya kualitas tanaman lebih bagus.

Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Kementerian Pertanian, Idha Widi Arsanti menghimbau, para petani khususnya petani milenial untuk menggunakan pertanian presisi.

“Sebab pertanian presisi adalah sistem pertanian terpadu berbasis pada informasi dan produksi, untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan profitabilitas produksi pertanian dari hulu ke hilir yang berkelanjutan, spesifik lokasi serta meminimalkan dampak yang tidak diinginkan pada lingkungan,” tandasnya.(Olpah Sari Risanta).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version