Mutia Amana Nastiti Bagikan Kiat Khusus Kelola Desa Wisata

0

ASPPI Kalsel Dukung Pengembangan Wisata Khatuliswa Sungai Rangas Tengah

 Martapura – Munculnya desa-desa wisata di berbagai daerah belakangan ini, memberikan berkah bagi masyarakat pasca pandemi. Desa wisata pun dianggap “lebih berenergi dan kuat” dalam menghadapi tantangan saat-saat pandemi. Terlebih saat ini telah terjadi pergeseran travellers milenial akan wisata alam yang lebih terbuka sembari menikmati kuliner lokalnya yang khas dan unik. Tak heran jika desa wisata menjadi salah satu destinasi wisata alternatif unggulan yang dicari wisatawan di masa-masa pandemi hingga menuju endemi saat ini.

Gambaran ini setidaknya terpotret dari sebuah desa wisata di kawasan Desa  Sungai Rangas Tengah, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar. Desa wisata adalah salah satu destinasi wisata baru yang berdiri di tahun 2019 silam dan berkembang hingga saat ini. Meskipun sebagai salah satu pendatang baru, namun kehadiran juga memberikan oase akan destinasi wisata alam yang dirindukan para wisatawan.

“Tren wisata sekarang khan sudah terjadi pergeseran, jika dulunya adalah suka rombongan, namun sekarang bisa dilakukan sendiri atau bersama teman serta keluarga. Demikian pula kalau yang dulu hanya kunjungan saja, namun belakangan wisatawan lebih suka menikmati destinasi wisata lebih lama.Dan ini membuka peluang bagi desa wisata seperti Sungai Rangas Tengah ini, yang dikelola sesuai dengan syarat CHSE adalah Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability atau Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan yang merupakan panduan operasional untuk sektor Pariwisata,” ujar Mutia Amana Nastiti, saat memberikan paparan dalam Tourism Coaching Clinic, di Destinasi Wisata Khatulistiwa, Desa Sungai Rangas Tengah, Martapura Barat, Senin siang (21/3/2022).

 

Lebih jauh owner Soka Travel ini, menjelaskan salah satu syarat utama agar bisa berkembang adalah penguatan dari segi sumber daya manusia (SDM). Jika penguatan sektor SDM dengan wawasan dan pemahaman tata kelola, termasuk kemampuan memandu wisata sudah mumpuni, maka tinggal memolesi potensi-potensi lainnya.

“Barulah selanjutnya mengenali siapa pangsa pasar kita, meminjam istilah para pakar pariwisata adalah secara teliti menentukan target market wisatawannya dengan menggunakan teknik segmentasi yang mengintegrasikan variabel geografis, demografis, psikografis, dan tanggapan konsumen dengan basis potensi keunikan lokal produk desa wisatanya,” beber ahli akuntansi ini.

Mutia pun juga berbagi kiat bagaimana sebuah desa wisata bisa menjalankan pengembangan destinasinya, seperti wisata Khatulistiwa saat ini.Bagaimana sebuah desa yang biasa-biasa jika dirancang dan didesain dengan baik, termasuk merancang diferensiasi (upaya menciptakan perbedaan-perbedaan) produk wisata.

“Something to see, something to do dan something to buy, karenanya saya sangat apresiasi banget disini ada Festival Kuliner khas desa ini, termasuk kuliner serba waluh (labu,red). Tentu akan membedakan produk dengan desa wisata lainnya, sebagai penunjang dari destinasi wisata desa. Kita bikin yang tradisional tetap menjaga kearifan lokal,” tambah Mutia.

 

Senada dengan Mutia, Kepala Bidang Destinasi dan Pengembangan Objek Wisata Dinas Pariwisata Kabupaten Banjar, H.Irwan Jaya ST,MT. Menurutnya pengembangan desa wisata harus dikembangkan dengan melihat ke depannya. Termasuk sarana dan prasarana yang memudahkan para wisatawan menuju ke lokasi destinasi wisata.

“Yang tak kalah penting itu pengembangan juga harus memberikan rasa aman,nyaman dan berkesan bagi wisatawan. Aman berwisata di bantaran sungai, nyaman dalam menuju lokasi destinasi wisata, berkesan sehingga membuat wisatawan ingin mengunjungi kembali. Ini desain yang juga harus dipikirkan para pengelola termasuk Kelompok Sadar Wisata di Desa Sungai Rangas Tengah,” terang Irwan Jaya.

Di satu sisi pesan Irwan Jaya, pengelola dan Pokdarwis setempat selalu mengupgrade SDMnya dengan baik dan melek teknologi. Karena dengan memanfaatkan kemajuan teknologi di era digitalisasi sebuah destinasi wisata seperti wisata Khatulistiwa ini bisa dipasarkan melalui promosi tak berbayar di media sosial, termasuk selalu mengekspose hal-hal terbarukan di media massa.

“Memang tidak bisa membalikkan telapak tangan, harus bertahap. Skala prioritas juga mana-mana saja kekurangan yang harus dibenahi. Disini juga dibutuhkan skill komunikasi bagaimana mengandeng sponsor-sponsor, seperti halnya Bank Kalsel mau berpromosi di lokasi objek wisata Khatulistiwa ini,” pesan Irwan Jaya.

Sekedar diketahui Wisata Khatulistiwa salah satu wisata kekini-kinian yang dikembangkan masyarakat Desa Sungai Rangas Tengah, yang menawarkan pemandangan elok dan indah hamparan sawah yang menghijau, yang dilengkapi dengan spot swafoto yang membawa wisatawan berwisata ke Kabupaten Banjar tempo doeloe.

Lokasi yang berjarak 21 Kilometer Banjarmasin dan Banjarbaru, juga dilengkapi dengan berbagai wahana bermain dan sejumlah gazebo untuk bersantai sambil menikmati keindahan alam pedesaan dengan semilir angin di bantaran Sungai Martapura.

Wisata Khatulistiwa sendiri bisa ditempuh dengan transportasi darat dari Banjarmasin maupun Banjarbaru serta Martapura. Tak hanya itu, jika yang berwisata ke Pasar Lok Baintan bisa menggunakan perahu bermotor atau kelotok, lokasinya hanya satu jam lebih dari Lok Baintan. Sembari susur sungai, makan siang sambil bersantai bisa di destinasi wisata Khatuliswa Sungai Rangas Tengah. (Olpah Sari Risanta).

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version