Solusi Menulis Skripsi Tanpa Plagiasi 

0

Oleh Abd.Munir, MSc., M.M

Menulis adalah bagian dari kenyataan yang harus dihadapi mahasiswa semester 7. Menulis 60-70 lembar halaman skripsi pada awalnya sangat mengkhawatirkan. Namun, jika dijalani dengan metode yang baik kita akan menemukan solusi yang mudah.

Adapun realitas yang terjadi selama 10 tahun terakhir ini adalah pola menulis skripsi atau tesis jauh berbeda sehingga gaya penulisan itu tergolong plagiarisme baru. Apalagi setelah adanya penemuan aplikasi Turnitin yang mampu mendeteksi sampai sejauh mana persentase unsur similarity  (kesamaan kata, frasa, klausa, dan kalimat) dalam tulisan ilmiah dimaksud. Jadi cara menulis dengan copy paste yang selalu digunakan oleh kebanyakan mahasiswa untuk menulis bab,1, 2, 3 bahkan 4 akan rentan terdeteksi Turnitin. Akan tetapi model penggarapan paper ilmiah ini tampaknya sudah membudaya di kalangan mahasiswa sehingga tak gampang begitu saja dihentikan, sehingga plagiat karya akademik dirasa sungguh mengancam generasi calon pemimpin bangsa ini, karena hamper seluruh perguruan tinggi dan universitas menanggung aib yang sama bahkan tak hanya sampai mahasiswanya tetapi juga yang lebih serius ditengarai para dosen pun turut terlibat kasus intellectual crime ini.

 

Foto Ilustrasi – Buah Perjuangan di bangku kuliah, akhir menggembirakan

 

Alhamdulillah, berkat penemuan Turnitin kampus-kampus dewasa ini sanggup mendeteksi sekaligus menghindari plagiasi. Karena melalui aplikasi ini tak hanya menjelaskan masalah pencuplikan karya orang lain oleh  mahasiswa, tetapi sekaligus memberikan solusi bagaimana mengatasi kecurangan itu. Caranya dengan mengganti kata per kata yang bersinonim atau mengubah struktur kalimat dari aktif ke pasif atau sebaliknya. Namun demikian hal itu hanya sebatas jalan pintas yang bersifat kuratif bukanlah upaya preventif yang sebenarnya harus dimiliki mahasiswa. Dengan Tindakan kuratif berarti hanya untuk menghadapi kasus sementara saja karena kesandung persentase Turnitin yang tinggi atau untuk sekadar lolos dari amar akademik seperti 20%, 30% atau bahkan 40% sebagai batas toleransi plagiasi.

 

Komposisi Bahasa Indonesia

Yang akan mampu mengatasi plagiasi d/h copy paste yang dilakukan penulis sebagai tugas akhir saat kuliah adalah Komposisi Bahasa Indonesia, yaitu pelajaran menulis pada umumnya dan khususnya karang-mengarang ilmiah. Poin-poin penting dalam pelajaran tersebut: (1) Mencari inspirasi yang diilhami, (2) Menjaring ide, (3) Menemukan tema dan topik pembicaraan, (4) Menulis uraian atau kalimat tema, (5) Outline (introduksi, isi, konklusi), (6) Kalimat pengantar penulis, (7) Kalimat uraian penulis, (8) Kalimat simpulan penulis. Dalam komposisi dibahas masalah parafrase dengan manfaat yang komprehensif seperti: menghargai hak cipta, menghindari kebiasaan copy paste, ikut mencegah kasus plagiasi, mengembangkan produktivitas menulis, menggunakan diksi yang tepat,  serta menjelaskan wacana sebelumnya.

Merangkum Materi Perkuliahan

Inilah strategi yang ampuh untuk menyiapkan mahasiswa agar mampu menulis secara mandiri bukan melalui copas yang selalu dilakukan karena itulah jalan yang paling mudah, murah dan dianggap akurat yang sudah difasilitasi internet. Akan tetapi dengan tugas rangkuman yang diberikan tiap dosen mahasiswa akan terbiasa dan menulis yang sebenarnya dan sejujurnya.  Yang tak kalah pentingnya adalah peran Dospem sebagai “Guru BK” untuk mewujudkan perubahan perilaku, dari budaya plagiat berubah menjadi etos menulis sejati.

Masalahnya adalah apakah tugas merangkum tersebut sudah dilakukan? Andaikan kegiatan itu sudah dilakukan upaya preventif akan terejawantah.

Adapun, Control+C and Control+V hanyalah solusi kuratif yang bersifat sementara atau pain killer. Misalnya penggunaan teknik parafrase dengan diksi, frasa/klausa, dan struktur kalimat.

Sebagai simpulan saya ambil istilah dalam Bahasa Jerman, yakni: das Sein dan das Sollen. Sebelum kita benar-benar jauh “tersesat”, berikut ini ilustrasinya.

Das Sein (kenyataan yang ada)

Teknologi copy paste tampaknya tak mungkin dihindari lagi, karena menawarkan perihal yang mudah, praktis, gratis, “efektif”, “efisien”. Bahkan ada yang berpola pikir: “Ada yang lebih mudah ngapain nyari yang susah-susah.”

Das Sollen (keinginan, harapan dan visi )

Sedangkan pihak kami menginginkan: demi masa depan yang cerah, menjadi akademisi sejati, dan keadaan yang bermutu dan bermanfaat. Fenomena plagiarisme skripsi sudah meluas sehingga apabila tak segera diatasi dari pihak akademik akan menjatuhkan wibawa kampus dan pendidikan nasional…

 

* Penulis adalah Dosen STIE Pancasetia Banjarmasin.

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version