Pesona Ekowisata Kampung Blekok Situbondo ,Habitat Ribuan Spesies Burung

0

Pesona Ekowisata Kampung Blekok Situbondo ,Habitat Ribuan Spesies Burung

Situbondo – Kampung Blekok, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, menjadi pusat perhatian. Baru-baru tadi Desa Wisata Kampung Blekok terpilih sebagai salah satu dari 50 desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Mengusung konsep ekowisata menjadi nilai tersendiri sebuah kampung, yang memiliki daya tarik yang sangat sesuai dengan konsep pariwisata kedepan yang menekankan kualitas dan keberlanjutan lingkungan.

Kampung ini pula mendapat apresiasi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Ia pun terpesona suasana nyaman dan sejuk, begitu menginjakkan kaki di kampung yang berjarak 10 kilometer dari Kota Situbondo. Tidak hanya laut yang indah, hijaunya mangrove yang merupakan habitat beragam burung air membuat betah selama mungkin di sini.

“Saya senang karena Desa Wisata Kampung Blekok ini memiliki konservasi hutan mangrove. Jadi, semakin banyak hutan mangrove di daerah Situbondo, jumlah oksigen juga akan semakin meningkat. Dan kawasan ini dapat menjadi rumah bagi burung-burung yang kehilangan habitatnya,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, saat melakukan visitasi ke Desa Wisata Kampung Blekok, Situbondo, Jumat (17/09/2021).

Kampung Blekok memiliki lokasi konservasi hutan mangrove dengan luas wilayah 29,6 hektare, yang dihuni oleh berbagai jenis tanaman mangrove dan menjadi habitat bagi ribuan burung. Diantaranya jenis mangrove Rhizopora stylosa, Avicennia alba, Rizhopora mucronata, dan lainnya.  Serta burung blekok yang yang menjadi ciri khas Situbondo dan 13 jenis burung air, diantaranya kuntul besar, kuntul kecil, kuntul kerbau, blekok sawah, cangak merah, kowak malam, trinil, gajahan penggala, kareo padi, kokokan laut, dan cerek jawa.

Tahun 2017, berdasarkan Peraturan Bupati Situbondo No. 13 Tahun 2017 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati, kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan ekowisata mangrove dan burung air. Nama Kampung Blekok sendiri diambil karena kawasan ini banyak burung blekok sawah (ardeola speciosa) dan jenis lainnya.

Blekok sawah merupakan burung berukuran 45 sentimeter, bersayap putih. Hidupnya di sawah atau daerah berair, sendirian maupun kelompok. Kebiasaannya berdiri diam sembari menunggu mangsa. Setiap sore terbang berpasangan atau berkelompok menuju tempat istirahat. Hal yang unik dari burung blekok adalah mereka sangat suka hidup berkelompok. Sehingga ribuan burung ini akan terbang secara koloni pada jam lima pagi untuk mencari makan di tempat lain, dan pulang ke tempat asal pada jam lima sore.

 

Sebagai bagian dari upaya pelestarian burung blekok, masyarakat setempat membuat penangkaran burung berbentuk jaring. Saat ini burung blekok yang dibudidayakan berjumlah 15 burung. Bagi wisatawan yang berkunjung dapat ikut serta dalam kegiatan penangkaran dan penangkapan burung air, merawat burung yang sedang sakit, membebaskannya kembali dari penangkaran jika sudah siap, serta mempelajari berbagai jenis mangrove dan burung dengan melakukan scan barcode yang telah disediakan di tiap-tiap papan nama.

 

Tak hanya konservasi hutan mangrove dan burung blekok,  ternyata sisi lain daya tarik desa ini adalah pemandangan pegunungan yang indah, disertai hamparan laut biru yang luas, dan yang paling menarik untuk dilihat adalah pada saat terbenamnya matahari. Nah saat itu langit akan memperlihatkan pancaran cahaya yang berkilau oranye keemasan dengan gradasi ungu muda dan ungu tua yang sangat memikat.

Soal kuliner tak kalah dengan daerah lainnya. Di kampung ini untuk membuat kuliner masyarakatnya memanfaatkan mangrove sebagai bahan dasarnya. Seperti makanan khas dari daun-daun mangrove dan kue dari tepung biji mangrove. Ada pula petis ikan yang digunakan masyarakat setempat untuk menyajikan rujak petis dengan buah-buahan segar. Ada juga makanan khasnya seperti sate lalak dan tajin palapa.

Warga Kampung Blekok juga terbilang sangat kreatif . Karena piawai memanfaatkan sampah yang masih layak pakai untuk dijadikan sebagai hiasan. Selain hiasan sejumlah kreasi dibuat seperti  alat musik. Untuk fesyen, ada odheng khas Situbondo. Odheng (penutup kepala) biasa digunakan oleh laki-laki untuk menghadiri acara resmi. Tak hanya warga biasa, mereka yang menyandang disabelitas juga turut berkarya. Salah satunya adalah kain batik khas Situbondo, dengan corak kerang dan biota laut.

Tak hanya itu Kampung Blekok juga dikenal sebagai pusat kerajinan kayu dan kerang yang cukup besar. Produk kreatif tersebut biasanya dikirim ke Bali, Lombok, Malang, dan beberapa tempat wisata lainnya. Pendapatan para pengrajin sebelum pandemi biasanya berkisar antara Rp100.000 – Rp150.000 perhari. Namun semenjak pandemi, pendapatan mereka berkurang menjadi Rp20.000 – Rp25.000 perhari.

Anugerah ADWI 2021, seperti kata Sandiaga Uno diharapkan dapat memberikan semangat untuk Desa Wisata Kampung Blekok agar terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas desanya, menjadi desa wisata yang unggul dan berdaya saing. Menparekraf juga turut memberikan nama salah satu burung blekok, dengan sebutan Adwi. Lantaran Kampung Blekok ini terpilih sebagai salah satu desa wisata terbaik di tanah air.

“Untuk itu, desa ini butuh 3C commitment, competence, dan champion. Dan 3G ‘gercep’ gerak cepat, ‘geber’ gerak bersama, dan ‘gaspol’ garap semua potensi. Dan tentunya, Kampung Blekok ini memerlukan dukungan dari semua pihak, karena kita ingin menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya untuk masyarakat di Kabupaten Situbondo,” katanya.

 

Berikan Laptop Kepada Anak Sanggar Tari

Tak hanya ecowisatanya, perhatian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga tertuju kepada seni tari. Di desa ini pun Menparekraf Sandiaga berkesempatan untuk mengunjungi anak-anak sanggar yang sedang latihan menari. Kemudian, Menparekraf berinisiatif untuk memberikan kuis yang berhadiah laptop kepada salah satu anak sanggar tari untuk mendukung pendidikan daring. Pertanyaan yang dilontarkan oleh Sandiaga pun seputar siapa nama presiden, nama beberapa menteri, dan lainnya

“Ini merupakan bentuk keberpihakan kita dalam memajukkan ilmu pengetahuan anak anak di Kampung Blekok yang saat ini belum bisa melakukan pertemuan tatap muka,” ucapnya. ( Olpah Sari Risanta )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version