Arief Budiman Beri Tips Khusus ASN dan Penggiat Pariwisata Di Kalsel

Banjarmasin- Tahukah kita istilah city branding berkaitan dengan ajakan dan menarik perhatian orang untuk berkunjung ke sebuah kota.Istilah ini pun menyebar kemana-mana cukup lama. Jika kita simak kita pasti mengenal Enjoy Jakarta, Jateng Gayeng, selanjutnya Jogja Never Ending yang belakangan berubah menjadi Jogja Istimewa, yang merupakan contoh-contoh city branding.

Lalu seberapa besar efektivitas sebuah city branding bagi simbol kota-kota tertentu ? dan mengapa hampir setiap kota menjadi latah dan membikin city branding? Parahnya setiap tahun city branding berubah-ubah dan trennya mengikuti hari jadi kota dan kabupaten, bahkan ulang tahun provinsi.

“Seharusnya itu tidak boleh terjadi dan setiap daerah ikut-ikutan latah. Karena tanpa kajian-kajian, FGD hingga mendengarkan pendapat ahlinya, maka itu akan sia-sia dan menghamburkan biaya yang tidak sedikit.Ini disebabkan oleh faktok ketidaktahuan semata dan menjadi PR bagi pemerintah,” jelas Pemerhati Ekonomi dan akademisi,  Arief Budiman SE, MMktg, Phd, saat berbicara pada Pelatihan Tata Kelola Destinasi Pariwisata, di Hotel Nasa Banjarmasin, Rabu malam (15/12/2021).

 

Pemerhati Ekonomi dan akademisi, Arief Budiman SE, MMktg, Phd, saat berbicara pada Pelatihan Tata Kelola Pariwisata, di Hotel Nasa Banjarmasin, Rabu malam (15/12/2021).

 

Pria yang merupakan konsultan ahli perkotaan dan kewirausahaan ini, membeberkan fenomena salah kaprah penggunaan city branding yang kerap terlihat di sejumlah kota, termasuk pula di Kalimantan Selatan. Karena banyaknya city branding yang dibuat diduga terkesan asal-asalan, membuat tujuan utama orang untuk mengunjungi tidak berhasil. Karena tidak berkarakter dan tidak ada pengaruh yang kuat.

“Sekarang ini khan ramai sekali city branding dengan tagline ayo ke kota ini, ayo ke kota itu. Nah itu maksudnya apa, orang jadi bingung.Seharusnya ada yang spesifik dan mampu membuat orang untuk berkunjung ke kota Banjarmasin, Banjarbaru, Tanjung misalnya, dengan kata-kata menggugah,” beber Arief.

Dihadapan puluhan peserta pelatihan, Arief Budiman pun memaparkan tentang bagaimana untuk menciptakan city branding itu, ada kota yang rela merogoh kocek hingga miliaran rupiah guna membayar jasa konsultan ternama. Konon ada juga yang menggelar sayembara untuk menemukan city branding.

“Memang dalam membuat gagasan itu, harapannya kalau itu berhasil , maka akan memberikan keuntungan yang tak sedikit bagi kota bersangkutan. Karena kota akan menjadi lebih popular dan dipersepsikan baik orang banyak,”tutur dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM Banjarmasin.

Arief pun memberikan tips bagaimana sebuah branding yang disematkan pada sebuah kota, jika dilakukan dengan tepat dan melalui kajian-kajian ilmiah termasuk seminar, FGD hingga pendapat tokoh masyarakat maupun ahli-ahli yang berkompeten, menjadi sebuah persepsi yang baik bagi kota tersebut.

 

Antusias dan semangat Peserta Pelatihan Tata Kelola Destinasi  pariwisata.

 

“Misalnya kota Banjarmasin menjadi wilayah yang tepat tujuan wisata, tempat tinggal investasi, dan penyelenggaraan suatu even atau kegiatan.Nah bisa juga menjadi pilihan wisatawan dan pengunjung dengan tujuan khusus. Kayak populernya Pekalongan World City Of Batik dan lain sebagainya,” tambahnya.

 

Penampilan Pandaz dkk mampu menghibur peserta Pelatihan Tata Kelola Destinasi Pariwisata

 

Senada dengan itu, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata , Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan, Ida Saptika Dewi, mengapresiasi pemikiran-pemikiran yang disampaikan tim ahli dari ULM Banjarmasin seperti Arief Budiman.Karena itulah pelatihan tata kelola wisata menjadi salah satu refreshmen bagi ASN dan pelaku pariwisata Karena selain menjadi ajang silaturahmi dan membangun komunikasi, sehingga ini pun menjadi ajang memantapkan ilmu terbarukan dan informasi yang disampaikan para ahli dan praktisi pariwisata termasuk dari Media.

“Ini salah satu sarana yang baik dalam meningkatkan kapasitas ASN dan penggiat pariwisata untuk bersama-sama memajukan pariwisata Kalimantan Selatan dan membangkitkan kembali pariwisata kita setelah dihantam pandemi Covid-19,” ujar Ida Saptika Dewi. (Olpah Sari Risanta).

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version