Grebeg Sudiro dari Tradisi Kelurahan Menuju Event Nasional

0

Salah satu atraksi dalam Grebeg Sudiro. Foto-Biro Komunikasi Kemenparekraf.

Kota Solo, Jawa Tengah salah satu daerah yang banyak menyimpan cerita indah pariwisata.Selain ada Museum Batik Danar Hadi, Keraton Surakarta Hadiningratpasar tradisional legend, Pasar Gede, Kota Solo juga identik dengan salah satu destinasi menakjubkan di Indonesia.

Tak hanya destinasi wisata yang menakjubkan, namun Kota Solo juga menjadi pusat kegiatan seni dan budaya. Ragam pertunjukan seni, seperti wayang kulit dan tari-tarian tradisional, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta seni dan kebudayaan.

Salah satu yang cukup fenomenal adalah atraksi Grebeg Sudiro. Grebeg sendiri merupakan tradisi khas masyarakat Jawa untuk menyambut hari-hari khusus, di antaranya Mulud atau Maulud Nabi, Syawal, Iduladha, dan Tahun Baru Islam atau Satu Suro. Juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta.

‘Grebeg’ dalam tradisi Jawa, merujuk pada perayaan rutin dan ucapan syukur untuk memperingati peristiwa penting. Sementara ‘Sudiro’ diambil dari Kampung Sudiroprajan di sekitar Pasar Gede. Tradisi ini awalnya untuk memperingati ulang tahun Pasar Gede Hardjonagoro yang digagas oleh warga etnis Tionghoa dan Jawa di Kampung Sudiroprajan.

Grebeg Sudiro berasal dari dua susunan kata “Grebeg” yang berarti perkumpulan dan “Sudiro” adalah kepanjangan dari kelurahan Sudiroprajan. Sehingga Grebeg Sudiro merupakan tradisi warga Sudiroprajan yang tercipta hasil perkumpulan orang-orang Sudiroprajan.

Dengan semangat kebhinekaan, Pemerintah Kota Solo mendukung Grebeg Sudiro sebagai perayaan tahunan. Grebeg Sudiro melibatkan dua kegiatan utama, yakni sedekah bumi dan kirab budaya. Sedekah bumi mengekspresikan rasa syukur pedagang Pasar Gede dan masyarakat sekitar.

Sementara kirab budaya melibatkan kebersamaan dua etnis, Tionghoa dan Jawa, dengan menampilkan tarian khas Jawa, serta pertunjukan Liong dan Barongsai.

Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, dikenal sebagai Kampung Pecinan karena dihuni banyak etnis Tionghoa. Wilayah ini mencakup Kampung Kepanjen, Balong, Mijen, Ngampil, Samaan, Ketandan, Limolasan, dan Balong Lengkong.

Dilansir dari Indonesia.Go.Id, sejarawan Benny Juwono, menyebutkan dalam Etnis Cina di Surakarta 1890-1927, para perantau dari daratan Tiongkok telah masuk ke Surakarta pada 1745.

Diceritakan pula eksodus tersebut juga bersamaan dengan pemindahan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram oleh Sri Susuhunan Pakubuwana II dari Kartasura ke Surakarta atau di kemudian hari lebih dikenal sebagai Eksodus itu Solo. Orang-orang etnis Tionghoa kemudian memilih tinggal di sekitar daerah Pasar Gede, Pasar Legi, Coyudan, Kampung Balong, dan Sudiroprajan.

Belakangan, kawasan tadi dikenal sebagai pecinan (chinatown) dan sampai hari ini terlihat sisa-sisa kemegahan masa lampau dari kehadiran etnis Tionghoa di Solo. Termasuk, bentuk dan desain bangunan tua yang berciri atap seperti pelana kuda (saddleback-roof).

Untuk mempertahankan tradisi leluhurnya, anak cucu keturunan dari perantau Tiongkok di Kota Solo itu pun menciptakan sebuah seni tradisi baru. Mereka menggabungkan budaya asal tanah leluhur dan seni tradisi lokal sehingga muncul apa yang dikenal sebagai atraksi Grebeg Sudiro.

Pada puncak perayaan Imlek, ada perebutan aneka makanan dan lainnya yang disusun menyerupai gunung atau sering disebut gunungan dan diangkut memakai jodhang atau tandu.

 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno berbincang akrab dengan sejumlah pedagang di Pasar Gede, Solo, Sabtu (10/02/2024). (Foto-Biro Komunikasi Kemenparekraf)

Tradisi ini pun diapresiasi langsung Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.Menurut pria yang juga Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Grebeg Sudiro menjadi salah satu bagian 100 Karisma Event Nusantara (KEN). Event yang memasuki tahun ke-15 ini merupakan simbol dan wujud aktualisasi, akulturasi, pembauran, dan harmoni dalam kebhinekaan di kawasan heritage Pasar Gede dan Kampung Pecinan yang menjadi bagian Kelurahan Sudiroprajan.

“Saya mencari event-event seperti ini, yang bisa naik kelas dari event kelurahan naik menjadi event provinsi. Saya berharap ini bisa menjadi event internasional. Ini juga sebuah gerakan masyarakat yang menginspirasi kita untuk bangkit, ekonomi kita digerakkan dari sektor konsumsi dan di event ini kita melakukannya,” ujarnya Uno saat berkunjung ke Kawasan Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah (10/2/2024).

Presiden Joko Widodo sendiri, kata Menparekraf Sandiaga, telah berpesan bahwa pascapandemi harus dipastikan ada event-event yang berkualitas yang bisa mendatangkan dampak positif langsung bagi masyarakat.

“Menariknya, selain ini adalah event pertama KEN. Event ini juga berdekatan dengan Imlek, keseruannya pas dengan budaya Jawa. Menjadi simbol bahwa kita semua saudara dalam kebhinekaan Indonesia,” katanya.

Menparekraf juga mengarahkan agar event yang digelar mulai 27 Januari sampai 24 Februari 2024 dapat dikembangkan melalui platform digital.

“Saya ingin strategi storynomicnya dikembangkan dan didokumentasikan dalam bentuk digital sehingga event ini bisa menjadi contoh event-event lain di Indonesia. Kalau bisa konten-kontennya terus ditingkatkan,” pesannya.

Grebeg Sudiro sendiri dinilai salah satu atraksi budaya yang sayang dilewatkan begitu saja. Terlebih saat hari libur nasional, Isra Miraj dan Imlek, Kota Solo salah satu tujuan wisata wisatawan lokal dan mancanegara,”.

“Ini salah satu event terbaik dan menarik. Terbukti mampu menarik wisatawan. Harapan kita terjadi pergerakan kunjungan wisatawan.Banyak cerita yang bisa kita dapat dari berwisata di kota Solo,” ucap Mutia Amana Nastiti, salah satu penggiat pariwisata asal Kalsel. (M.Irfani/Risanta).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Exit mobile version