Catatan Dari Borneo Palm Oil Forum Ke-4 di Banjarmasin

0

Tahun 2021 Rekor Tertinggi  Ekspor Sawit Sumbang Devisa

Kontribusi industri sawit bagi Indonesia benar-benar menggembirakan.Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melansir sumbangan devisa dari ekspor minyak sawit tahun 2021 diperkirakan mencapai USD 35 miliar (sekitar Ro 507 triliun) atau naik 52% dibandingkan tahun 2020. Ini merupakan pencapaian tertinggi dalam sejarah industri minyak sawit Indonesia.

 Kontribusi ini juga tidak terlepas dari kerja keras pelaku usaha sawit dan juga kemitraan yang terjalin baik, serta didorong oleh harga sawit yang terus merangkak naik.

“Sawit Indonesia tetap memberikan kinerja yang baik dan kontribusi yang positif bagi perekonomian Indonesia.Meskipun diterpa pandemi namun sumbangan sawit justru meningkat melalui devisa secara signifikan,” jelas Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) ,Joko Supriyono,saat berbicara di Borneo Palm Oil Forum ke-4, di Calamus Ballroom Hotel Rattan Inn, Banjarmasin,Rabu (15/12/2021).

 

Borneo Palm Oil Forum mendapat perhatian serius pelaku industri sawit nasional. Tampak hadir Administratur PT Tri Buana Mas, Riki Agusrinaldy dan Ketua Bidang Komunikasi GAPKI, Topan Mahdi.

 

Harapannya di akhir tahun sebut Joko Supriyono, Industri sawit Indonesia akan mampu menyumbangkan devisa buat Indonesia sebesar USD 35 miliar atau setara dengan Rp.507 triliun.Hal ini tentu sangat menggembirakan juga karena harga sawit sawit rata-rata di atas level USD 1000 per ton.Puncaknya di bulan Oktober 2021 mendekati level USD 1.390. Tahun 2021 sendiri merupakan tahun keemasan industri kelapa sawit. Harga CPO tergerek positif dalam sejarah perdagangan minyak sawit dunia.

Tak hanya itu ekspor minyak sawit menopang neraca perdagangan, tercatat September 2020 surplus senilai USD 13,82 miliar. Meskipun pada periode yang sama di tahun 2021 sempat turun , namun soal harga CPO justru naik.

“Karena itulah dalam rangka meningkatkan kinerja sawit sawit nasional termasuk Kalimantan Selatan, karena itulah sangat penting kita lakukan upaya-upaya bersama antara pengusaha dengan kepala daerah, pimpinan provinsi maupun kabupaten dalam kerangka kolaborasi yang terus menerus,” sebut Joko Supriyono.

Kenaikan harga ini memberikan dampak positif, bagi pelaku usaha di sektor kelapa sawit,namun juga bagi pemerintah dan  petani, serta semua pemangku kepentingan yang masuk dalam mata rantai industri kelapa sawit nasional.Indikator bertahannya harga sawit dalam posisi tertinggi, salah satu-satunya adalah tingginya permintaan terhadap minyak sawit.

 

Komitmen Bersama -Presiden Borneo Forum, Muhammadsjah Djafar dan Ketua Panitia Borneo Palm Oil Forum Ke-4, Totok Dewanto, bersama pimpinan perusahaan dan anggota GAPKI.

 

Pemerintah sendiri diakui Joko Supriyono sangat berperan dalam strategi-strategi menunjang industri sawit. Termasuk juga perencanaan program mandatori biodiesel .Hal ini dinilai mendorong meningkatkan permintaan minyak sawit di pasar domestik. Tak hanya itu Presiden Jokowi saat meresmikan salah satu pabrik biodiesel di Kalimantan Selatan, Oktober 2021 lalu,  menekankan industri biodiesel salah satu pilihan yang sangat strategis di masa mendatang untuk meningkatkan ketahanan energi nasional serta menekan besarnya defisit neraca perdagangan akibat impor solar.

Sektor perkebunan kelapa sawit memberikan pertumbuhan positif juga bagi daerah.Seperti halnya perkembangan industri sawit di pulau kalimantan. Tak heran jika Gubernur Kalimantan Selatan Dr (HC) H Sahbirin Noor optimis sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit, mampu menjadi tulang punggung ekonomi Kalimantan.

“Insya Allah, forum ini akan mendorong pembangunan kelapa sawit yang lebih maju di regional Kalimantan, khususnya melalui hilirisasi industri kelapa sawit yang berkelanjutan,” ujar Sahbirin Noor

Karena itulah Paman Birin sapaan akrab Gubernur Kalsel, mengapresiasi pula kegiatan Borneo Palm Oil Forum diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).Hal ini juga selaras dengan program pemerintah provinsi Kalsel termasuk dalam sinergisitas dan kolabirasi, seperti halnya Borneo Palm Oil Forum ke-4, dengan tema meningkatkan kolaborasi pemerintah dan pelaku usaha dalam rangka mewujudkan industri kelapa sawit berkelanjutan dalam kondisi pandemi Covid-19.

 

Gubernur Kalimantan Selatan, H.Sahbirin Noor, optimis sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit, mampu menjadi tulang punggung ekonomi Kalimantan.(Foto Istimewa)

 

“Sektor perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan saat ini menjadi penyumbang devisa nomor dua setelah sektor tambang. Perkebunan kelapa sawit memiliki peluang dan tantangan ke depannya yang harus dikelola dengan baik,” bebernya, seraya menyebutkan selain sawit, Kalsel juga serius menggarap sektor perkebunan lainnya seperti karet dan kopi.

Dikatakannya sektor perkebunan memiliki peran strategis dalam meningkatkan pembangunan daerah, mulai dari penyerapan tenaga kerja hingga penerimaan devisa. Salah satu langkah strategis Pemprov Kalsel dalam rangka pembangunan kelapa sawit berkelanjutan, yakni melaksanakan Peremajaan Sawit Rakyat.

“Meningkatkan produksi dan produktivitas kelapa sawit dengan Peremajaan Sawit Rakyat. Target PSR di Kalsel dari tahun 2018 sampai 2021 seluas 16.217 hektar,” imbuhnya. (Olpah Sari Risanta).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!