Menyulap Plastik dan Air Hujan Untuk Sebuah Kemanfaatan

0

Catatan Jurnalis Economic Travelling.Com Dari Kemilau Tambora 2023

Kampung Dana Tala, Desa Kawinda To’i, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, memang masih menyimpan kenangan tersendiri. Setidaknya dirasakan bagi pendakian ke gunung Tambora. Desa ini pun menjadi tempat persinggahan mereka yang yang melakukan trek pendakian dari jalur Kawinda To’i.

Namun kali ini bukan pendakian yang menjadi catatan Economic Travelling.Com saat mengikuti event nasional Kemilau Tambora 2023, yang digagas Komunitas Pencinta Alam Algura (Anak Lereng Gunung Tambora) bekerjasama dengan Elang Khatulistiwa Indonesia. Algura sendiri adalah salah satu komunitas pencinta alam di bawah binaan Taman Nasional Tambora.

 

Menggugah dan inspiratif dalam Talkshow Kemilau Tambora bersama artis Nugie, Dimas Bagus Wijanarko, Sri Wahyuningsih, Traveler Abby.

Pertemuan para aktivis dalam sebuah talkshow yang dipandu Jurnalis senior Transmedia, Muhammad Risanta, memberikan kesan tersendiri pada Kamis malam (17/08/2023). Banyak pemikiran-pemikiran cerdas yang dikemukakan para tokoh muda penggiat lingkungan seperti Dimas Bagus Wijanarko (Founder Get Plastic Indonesia), Sri Wahyuningsih (Sekolah Air Hujan Banyu Bening), Abby (Traveller) hingga artis sekaligus pencinta alam, Nugie.

Sosok yang menjadi pusat perhatian saat berada di Kawinda To’I, Tambora, adalah Dimas Bagus Wijanarko.Pria asal Surabaya, Jawa Timur, memang penampilannya mirip presenter Jejak Petualang Trans7, sehingga banyak pengunjung talkshow mengira dirinya presenter yang sering muncul di televisi swasta nasional.

Dimas begitu pria bertubuh tinggi atletis ini disapa, salah satu pengisi Talkshow Kemilau Tambora yang mendapat perhatian selain, bintang tamu spesial penyanyi sekaligus bintang film, Nugie. Pendaki gunung ini adalah salah satu sosok di balik pengolahan sampah plastik menjadi sebuah bahan bakar minyak (BBM).

Dia pun bercerita mengapa tertarik untuk mengelola sampah plastik,karena terinspirasi dengan banyaknya sampah-sampah plastik di gunung yang dijelajahinya di tahun 2009 silam. Setiap kali mengeksplore gunung-gunung di Indonesia, dirinya bersama teman-teman lainnya selalu memungut sampah plastik yang berserakan.

“Inilah awalnya yang membuka pemikiran bagaimana mengolah sampah plastik agar tak tersisa. Proses berjalan hingga di tahun 2012, terbersit plastik ini dijadikan bahan bakar, sebuah pemikiran yang dianggap “nyentrik dan nyeleneh” pada saat itu oleh sebagian orang. Namun kami harus bisa berbuat mengurangi sampah plastik dengan pengelolaan yang ramah lingkungan tanpa harus menyisakan bekasnya,” cerita Dimas tentang dirinya tertarik menyulap sampah plastik menjadi energi.

Dimas pun mengaku terjadi pergulatan bathin, sampah plastik dijadikan souvenir dengan catatan bisa aja kembali jadi plastik.Atau mengubah menjadi BBM yang prinsipnya menjadi bahan sekali habis terpakai.Itulah juga membawa dirinya berhasil membuat mesin priolisis generasi pertama. Karyanya ini pun sempat diminta seorang pejabat di Jepang untuk dikerjasamakan dalam pengembangan pengurangan masalah sampah.

“Mesin ini merupakan alat yang dapat mengubah sampah plastik menjadi sebuah bahan bakar dengan cara dipanaskan hingga proses penyubliman (perubahan suatu zat langsung dari wujud padat ke wujud gas, tanpa melalui wujud cair). Intinya ini untuk memudahkan pengurangan plastik dan mendapatkan BBM alternatif ramah lingkungan, seperti yang digunakan nelayan di kawasan pesisir,” kata pria yang pernah merasakan berbisnis sablon.

 

Diskusi sore para penggiat lingkungan nasional di teras rumah warga di lereng Gunung Tambora.

Masih berbicara lingkungan, satu tokoh inspiratif hadir dalam pertemuan khusus yang dipusatkan di halaman SDN Dusun Dana Kala, Desa Kawinda To’i.Dia adalah Sri Wahyuningsih, Ketua Komunitas Banyu Bening.Sekolah Air Hujan yang beralamat di Rejodani Gang. Tempursari RT.02 RW. 027 Blekik, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogjakarta, yang dikenal sebagai aktivis lingkungan yang memanfaatkan dan mengolah air hujan.

Bicaranya yang lugas dan tegas menjadi ciri khas perempuan bertubuh mungil yang tetap menjaga kearifan Jogja dalam setiap langkah hidupnya.Mba Ning begitu dia dipanggil memang salah satu perempuan yang tak mau diam untuk mencarikan solusi smart menjaga ketersedian sumber daya air.

Karena itulah dia rela terbang jauh-jauh menempuh perjalanan yang menguras tenaga untuk memberikan edukasi sekaligus penyadaran kepada masyarakat, seperti halnya di Desa Kawinda Toi, kampung legenda dari lereng kaki Tambora, Nusa Tenggara Barat.

“Saya jauh-jauh ke Tambora, tak bawa apa-apa, hanya sekedar membawa pesan penting kemanfaatan air hujan untuk sumber penghidupan. Karena anugerah Tuhan luar biasa bagi kita semua melalui air hujan, yang bisa kita kelola dengan baik menjadi sebuah sumber daya air bersih dan bening baik untuk kesehatan serta layak diminum,”terang Mba Ning yang tak pernah henti mengkampanyekan tagline Berkah, Berkah, Berkah bagi keberadaan air hujan.

Mba Ning yang belakangan sibuk menjadi pembicara di berbagai kota ini, menjelaskan jika air hujan itu bisa dijadikan minuman sehari-hari dan layak untuk diminum.Memang meminum air hujan itu belum lazim dilakukan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tapi menurutynya air hujan itu bisa diolah dan dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari termasuk diminum untuk menjaga kesehatan.

“Kawinda Toi itu desa yang dianugerahi Tuhan dengan air yang melimpah melalui alam pegunungan, karena itulah manfaatkan setiap tetes dan pergerakannya untuk masyarakat. Namun ketika musim hujan tidak salah juga untuk mengolah air hujan untuk sebuah kebaikan dan ketermanfaatan bagi orang banyak. Salah satunya adalah air hujan yang sudah diolah dan dikemas dengan baik akan menjadi obat tetes mata yang baik,” ucap Mba Ning sembari membagikan air hujan dalam kemasan botol kecil ke masyarakat saat berlangsungnya Talkshow.

Ketua Panitia Kemilau Tambora 2023, Imam Hanafi, mengaku surprise dengan banyaknya masukan bagus bagi masyarakat di kampungnya yang jauh di pelosok. Kehadiran artis Nugie, Dimas Bagus Wijanarko, Sri Wahyuningsih, Traveller Abby, pendaki nasional, Andi Sukandi (Sukandi) . Alwi (Taman Nasional Tambora), serta jurnalis senior Transmedia Muhammad Risanta dan Olpah Sari, Pemimpin Umum Economic Travelling.Com.

“Masukan kaka-kaka ini sangat berharga bagi masyarakat desa disini, terlebih saat kami terus mengembangkan diri dalam pengembangan pariwisata dan harapan terakhir Kawinda To’I menjadi desa wisata yang kelak bisa mendatangkan wisatawan ke kampung kami.Terima kasih atas support kaka-kaka semua,” kata Imam Hanafi terharu. (Olpah Sari).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!