Ekspor Tersendat, Tangki CPO Sumatra dan Kalimantan Mulai Penuh

0

Jakarta – Imbas seretnya ekspor CPO, ternyata membuat tangki penyimpanan sawit mentah (CPO) berbagai wilayah di Kalimantan juga penuh. Hal serupa sebelumnya terjadi di Pulau Sumatera.Penyebabnya sama, pabrik kelapa sawit (PKS) kesulitan menjual CPO karena ekspor yang masih tersendat.

“Tiga hari sampai lima hari lagi kalau dibiarkan (tangki penyimpanan CPO) penuh. Itu masalah kita sekarang,” kata juru bicara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Kalimantan Timur Azmal Ridwan kepada wartawan, Jumat (8/7/2022).

Situasi ini  kata Azmal membuat pihak perusahaan sawit terpaksa mengurangi produksi CPO, sembari menunggu tanki CPO terjual. Caranya, dengan mengatur jadwal panen tandan buah segar (TBS) yang normalnya 7-8 hari sekali panen kini menjadi 12 hari.

“Periode panen biasanya 8 hari, sekarang terpaksa 12 hari. Kalau kita genjot seperti biasa begitu jadi CPO, tangkinya gak muat,” kata Azmal.

 

 

Namun cara ini menimbulkan masalah baru, karena berdampak pada kualitas TBS. Termasuk pengaruhnya kepada tingkat keasaman CPO yang tinggi.

“Kalau 7-8 hari itu TBS masaknya normal. Tapi Kalau 12 hari, masaknya lebih. Bukan busuk sih, tapi masaknya lebih dan ini berpengaruh pada tingkat keasaman CPO yang meningkat,” katanya.

Padahal tingkat keasaman, lanjut Azmal, menjadi salah satu syarat kualitas CPO.

“Kalau tingkat keasaman CPO-nya tinggi, maka harga CPO-nya anjlok. Jadi pengaruhnya besar terhadap harga,” papar Azmal.

Bagi perusahaan, kondisi ini menjadi dilematis. Sebab kalau produksi normal seperti biasanya, tangki cepat penuh. Jika sudah penuh, otomatis produksi dihentikan.

“Karyawan tidak bekerja, tapi tetap kita gaji. Karena bukan dia yang tidak bekerja, tapi kerjaannya yang kita stop,” katanya lagi.

 

 

Kondisi yang hampir sama juga terjadi di Kalimantan Selatan. Menurut Sekretaris GAPKI Cabang Kalsel Hero Setiawan, kondisi tanki CPO milik perusahaan anggota GAPKI di Kalsel juga nyaris penuh.

“Secara umum kondisinya sangat mengkhawatirkan,” kata pria yang biasa disapa Iwan ini.

Menurut Iwan, rata-rata tanki penimbunan CPO di Kalsel masih cukup untuk dua mingguan. Kondisi di Kalsel agak lebih baik lantaran tertolong keberadaan pabrik biodiesel milik yang berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu.

“Memang di Kalsel ini ada pabrik biodiesel yang bersedia menerima CPO dari kita, tapi kan terbatas juga,” sambung Iwan.

Iwan pun membeberkan saat ini, pabrik kelapa sawit di Kalsel juga mengurangi produksi dengan cara mengatur periode panen. Jika biasanya tanaman dipanen 6-7 hari sekali, kini diundur menjadi 8-10 hari.

“Dengan cara itu masuknya TBS ke PKS kan menjadi berkurang. Itu strategi yang bisa dilakukan,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan , Hj.Drh Suparmi,MS mengungkapkan kapasitas tangki CPO masing-masing PKS rata-rata tinggal seminggu.

“Mudah-mudahan cepat ada jalan keluarnya,” kata Suparmi saat dihubungi awak media, Jumat (8/7/2022).

Diungkapkan Suparmi Kebetulan di Kalsel  sendiri ada dua industri biodiesel dengan kapasitas produksi masing-masing 1.500 ton per hari. Juga ada pabrik minyak goreng berkapasitas 2.500 ton dan 3.000 ton per hari.

“Pabrik-pabrik industri hilir inilah yang bisa membantu pabrik CPO yang tidak punya industri turunan. Kita masih bersyukurlah ada industri turunan CPO. Tapi ya tetap tidak bisa langsung menolong PKS-PKS dan menaikkan harga TBS seperti semula.,” ungkapnya.

Suparmi berharap pemerintah pusat bisa segera membantu kondisi industri sawit di Kalsel.(Olpah Sari Risanta).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!