Awas Jebakan Hoax ! Jangan Asal Posting, Begini Penjelasannya.

0

Webinar Dampak Positif Bermedia Sosial, “ Gerakan Nasional Literasi Digital 2021″

BANJAR–  Dunia maya selalu dipenuhi jutaan informasi dan jika salah menyaring beredarnya informasi akan mendapatkan informasi salah. Karena itulah dibutuhkan kejelian dan kecerdasan untuk memilah mana informasi benar dan informasi bohong atau hoax. Awas jangan asal posting ke sejumlah media sosial, kenali dulu konten yang yang akan disharing.

Demikian pesan Muhammad Risanta, SE,MM, salah satu pembicara Webinar Dampak Positif Bermedia Sosial, “Gerakan Nasional Literasi Digital 2021″yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI kerjasama dengan Indonesia Maju dan Siber Kreasi, Senin (27/09/2021). Acara dibuka Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan dan Bupati Kabupaten Banjar, H Saidi Mansyur.

“Hoax adalah pemberitaan palsu atau informasi yang sesungguhnya tidak benar, namun dibuat seolah-olah benar. Awas jebakan Hoax, jangan sampai kita asal posting,” jelas Risanta, Dosen STIE Pancasetia Banjarmasin.

Dalam acara yang dipandu oleh moderator Shabrina Anwari, ia memberi tips agar tidak terjebak dan ikut-ikutan menyebarkan berita bohong atau hoax, maka harus dilihat terlebih dahulu ciri-ciri dari hoax tersebut. Sederhana saja, kenali judul dan situs yang membuatnya, biasanya terdapat kalimat persuasif (ajakan) yang menyakinkan seperti sebarkan dan viralkan. Tak hanya itu kabar bohong atau hoax selalu ditandai dengan hurup besar dan tanda seru.

 

Paparan Dosen STIE Pancasetia Banjarmasin, Muhammad Risanta, Berita Hoax Media dan Berita

 

“ Selain itu kecenderungan hoax adalah memainkan opini bukan berdasarkan fakta. Informasi yang salah dan tidak akurat dibuat terutama dengan tujuan untuk menipu.Karena itulah dibutuhkan kejelian dan ketelitian. Yang penting adalah begitu mendapat postingan atau informasi yang meragukan, jangan langsung posting begitu saja, saring terlebih dahulu,” katanya lagi.

Menurut pria yang juga Ahli Pers Dewan Pers, masyarakat harus mendapatkan pengetahuan bagaimana mencegah dan memerangi hoax. Karena itulah Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 seperti Webinar Dampak Positif Bermedia Sosial,  salah satu strategi pencerahan dan mencerdaskan masyarakat pentingnya sebuah literasi.

“ Tak kalah penting juga harus bisa membedakan mana media massa (media mainstream) dan mana media sosial. Kalau media massa itu produk berita dibuat oleh wartawan yang jelas identitasnya dan disebarkan media yang berbadan hukum. Produk jurnalistik sesuai kaidah kode etik jurnalistik dan Undang-Undang Pers Nomor 40 tahun 1999. Ini berbanding terbalik dengan media sosial,” beber wartawan senior Transmedia Grup.

 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, saat membuka resmi Webinar Dampak Positif Bermedia Sosial, “ Gerakan Nasional Literasi Digital 2021″, Senin (27/09/2021).

 

Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika disebutkan sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar hoax dan ujaran kebencian.Septiaji Eko Nugroho , Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia dalam sebuah talk show bersama Rossiana Silalahi di Kompas TV tahun 2020 lalu, menginfokan bahwa Indonesia termasuk peringkat lima sebagai produsen hoax setelah India, Amerika Serikat, Tiongkok dan Spanyol.

Dalam acara Webinar yang diikuti ratusan peserta dari berbagai kota di tanah air  termasuk Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura, narasumber Martin Anugrah memaparkan tentang “Menjaga dan Mendidik Anak di Era Digital,”. Aktor sekaligus youtuber yang tergabung dalam Cameo Project, mengatakan beberapa kecanduan digital yaitu, tidak bisa lepas dari gadget, social media, game online, online shop, video platform, dan pornografi.Ini harus menjadi perhatian bersama.

“Yanng perlu diperhatikan dalam dunia digital adalah keseimbangan yaitu, Hidup di dunia nyata, hargai kehidupan di sekeliling kita, dan digital seharusnya jadi cerminan kualitas hidup kita.Selain itu perlu hidup yang positif dengan membangun komunikasi di antara keluarga dan masyarakat sekitar,” sebut Martin Anugrah, yang juga bertindak sebagai panelis dalam diskusi secara daring tersebut.

 

Selain Martin Nugraha, webinar juga menampilkan presenter dan host kondang, Indi Arisa. Perempuan cantik kelahiran Bandung yang juga salah satu talent di Eventori, mengemas materi yang tak kalah seru yakni Kecakapan Digital.

Dalam paparan Indi Arisa, menjelaskan personal branding menjadi sangat penting dalam membantu karir seseorang yang memposisikan diri sebagai seorang expert dalam sebuah industri di mana saja.Personal branding akan memberikan kredibilitas lebih, membuat siapa pun lebih mudah dikenal atau ditemukan orang lain dan membuka lebih banyak kesempatan baru yang baik dan profesional.

“Semakin banyak koneksi yang anda buat, semakin banyak nilai yang dapat anda berikan dalam interaksi anda, maka semakin besar pula kemungkinan personal branding anda akan dikenali,” tutur Indi.

Meskipun tampil di pamungkas diskusi,Amiruddin, Dosen Institut Agama Islam Darussalam, tak kalah jadi pusat perhatian Webinar. Ia Mengingatkan mengingatkan dewasa ini kaum milenial termasuk yang paling rentan terpapar radikalisme

“Ini yang jadi perhatian juga, karena generasi muda ini memiliki memiliki karakter ingin diakui, keinginan kuat untuk merasa dirinya spesial, berharga, bermakna atau menjadi bagian dari suatu kelompok yang spesial, berharga dan bermakna,”papar Amiruddin.

Amiruddin sendiri merujuk data pengguna internet di Indonesia. Disebutkan pengguna internet sudah mencapai 202,6 juta jiwa di tahun 2021 dan penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen.sekedar diketahui jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa.

Perkembangan informasi dan teknologi ini harus disikapi dengan upaya pencegahan dini,termasuk meningkatkan literasi dengan pemahaman-pemahaman yang benar, sehingga bisa membangun SDM milenial yang kuat dan tangguh, tanpa mudah terpapar radikalisme.

“Perhatikan krebidilitas sebuah website, perbanyak diskusi, termasuk konten-konten yang ditemukan dengan orang sekitar, dan kita tentunya melihat pembanding dengan website lainnya. “imbuhnya. ( Fikri Husaini ).

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!