Pesan Dari New York,  Sedotan Purun  Wujud Konkret Konservasi Pariwisata Berbasis Alam

0

New York – Tanaman purun bisa mendunia. Setidaknya kabar terbaru dari New York menambah deretan panjang keberhasilan tanaman yang kerap dianggap gulma bagi petani dan nelayan. Namun justru pemanfaatan tanaman purun bisa mendorong dan membangkitkan sektor pariwisata, terutama pariwisata berkelanjutan.

Dan kabar dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menyebutkan  sedotan berbasis purun ini yang akan menjadi solusi kita real untuk mengatasi isu-isu lingkungan hidup.

jika berbicara mengenai pariwisata yang berkelanjutan, maka harus ada aksi yang konkret. Salah satu aksi konkret tersebut adalah tawaran program dari Indonesia untuk mengubah sampah plastik menjadi solusi berbasis produk-produk alam atau nature based solution.

“Nah itu yang kita hadirkan, dan kita langsung menunjukkan bahwa sedotan berbasis purun ini yang akan menjadi solusi kita real untuk mengatasi isu-isu lingkungan hidup,” kata Sandiaga Uno Uno usai dirinya memberikan sambutan di event ‘High-level Thematic Debate on Tourism’ yang diadakan oleh United Nations General Assembly di UN General Assembly Hall, New York, Amerika Serikat, Rabu (4/5/2022) waktu setempat.

 

 

Purun merupakan sejenis rumput teki-tekian yang memiliki batang lurus, berongga, dan tidak berdaun sehingga efektif untuk digunakan sebagai pengganti sedotan plastik.

Dari laman http://paludiculture.org/purun-sebagai-potensi-komoditas-paludikultur/, dijelaskan Purun memiliki batang lurus berongga dan tidak berdaun. Purun dapat ditemukan di daerah terbuka di lahan rawa yang tergenang air, pada ketinggian 0-1350 m dpl. Tumbuhan ini tahan dengan kondisi lahan yang masam, sehingga banyak ditemukan di lahan gambut. Terdapat beberapa jenis purun, antara lain : purun tikus (Eleocharis dulcis), purun danau (Lepironia articulata Retz.) dan purun bajang.

Masyarakat di lahan gambut Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan telah menggunakan purun sebagai bahan baku untuk kerajinan tangan. Produk yang dihasilkan antara lain: tikar, topi, keranjang, tas, bakul, dan lain-lain. Dibandingkan purun tikus, purun danau paling banyak digunakan sebagai bahan baku anyaman karena lebih kuat dan tidak mudah putus. Beberapa daerah penghasil ayaman purun adalah Desa Sungai Kali, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kecamatan  Anjir Serapat, Kabupaten Kuala Kapuas, dan Kampung Purun, Kota Banjarbaru.

 

 

Pada kesempata itu pula Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyebutkan bahwa Indonesia saat ini menjadi acuan dunia dalam penanganan pandemi Covid-19 dan keberhasilan dalam membangkitkan sektor pariwisata setelah dua tahun dihantam pandemi.

“Indonesia diberikan penghargaan dalam penanganan pandemi Covid-19 dan kebangkitan dari pariwisata kita yang berbasis pariwisata berkualitas, berbasis komunitas, dan berkelanjutan. Ini adalah penopang kebangkitan ekonomi kita, penopang penciptaan peluang usaha, dan pembuka lapangan kerja seluas-luasnya,” sebut Sandiaga Uno.

Sandiaga juga  mengungkapkan hal yang juga harus segera direalisasikan dengan pernyataan dirinya di Majelis Umum PBB adalah, seiring dengan G20 dan peran Indonesia sebagai tuan rumah hari pariwisata dunia, pihaknya akan terus mendorong kebangkitan ekonomi, terciptanya peluang usaha, dan terbuka lapangan kerja.

“Dan bersama Presiden Joko Widodo, tentunya kami menyusun tatanan ekonomi pariwisata baru yang lebih terbuka dan berkeadilan. Ini yang kita garis bawahi dan Indonesia mengambil posisi strategis, posisi sebagai negara yang menjadi acuan dari seluruh wilayah di dunia dalam penanganannya pandemi Covid-19 dan kebangkitan pariwisata,” ungkap Sandiaga Uno.(Fikri Husaini-Olpah Sari Risanta).

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!