Kalsel Termasuk Daerah Tertinggi Stunting, Ini Reaksi Serius Paman Birin

0

Banjarmasin – Kalimantan Selatan masih menjadi satu dari 10 daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia. Angka stunting stunting Kalsel tercatat 30 persen.Menengok angka ini, maka perlu tindakan serius dalam menangani masalah stunting yang masih di atas target Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Hal ini pun menjadi perhatian serius seorang Gubernur Kalsel, H.Sahbirin Noor.Karena itulah ia mengingatkan pentingnya penanganan yang serius soal stunting. Generasi  penerus bangsa ini tidak boleh dibiarkan mengalami kekerdilan dan kekurangan asupan gizi. Asupan gizi harus diperhatikan sejak anak masih dalam kandungan sampai pada 1000 hari pertama kehidupan.

“Jika kita telusuri lebih lanjut berbicara stunting kita tidak bisa mengesampingkan kondisi awal sejak anak tersebut dikandung. Kalsel masih menjadi daerah dengan kasus pernikahan anak yang tinggi. Hal ini secara langsung juga berdampak pada tumbuh kembang anak,” ujar Sahbirin Noor saat berbicara pembukaan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) tahun 2022 di Hotel Galaxy Golden Tulip Hotel pada  Selasa (22/03).

 

Foto – Dok.Biro Adpim Pemprov Kalsel

Dalam Rakerda Bangga Kencana itu dihadiri langsung Inspektur Utama BKKBN Pusat, Ari Dwikora Tono dan Kepala BKKBN Kalsel H. Ramlan serta diikuti  peserta dari yang diikuti dari kabupaten/kota se-Kalsel, Gubernur Kalsel juga menekankan semua pihak terkait untuk berupaya keras agar sistem pencegahan dan penanganan stunting ini dapat bekerja dengan baik agar anak-anak nantinya tidak lagi stunting.

“Investasi sumber daya manusia memang tidak bisa secara langsung kita rasakan. Namun ini adalah komitmen kita bersama agar anak cucu kita di masa yang akan datang memiliki kualitas dan daya saing yang tinggi,” pesan pria yang akrab disapa Paman Birin.

Ia pun menyampaikan apresiasi kepada BKKBN Provinsi Kalsel atas terselenggaranya Rakerda yang diharapkan dapat mensinkronisasikan berbagai kebijakan dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan Rencana Aksi Nasional percepatan penurunan angka stunting Indonesia (RAN PASTI).

“Harapan saya penanganan stunting ini dapat segera dilakukan, mengingat angka stunting Kalsel cukup besar dan diperlukan kerjasama antar berbagai sektor agar permasalahan ini segera berakhir,” ujarnya.

Di satu sisi menurut Paman Birin kurangnya akses layanan kesehatan juga memiliki dampak yang cukup serius dalam peningkatan angka stunting, khususnya bagi masyarakat yang tinggal jauh dari pusat layanan kesehatan.

Selain masalah stunting, Paman Birin juga menyoroti soal angka pernikahan anak yang cukup tinggi di Kalsel. Untuk itu, dalam rangka menyiapkan generasi yang berkualitas, Program Generasi Berencana (Genre) harus tetap menjadi prioritas.

Selain itu, permasalahan kesehatan ibu juga penting dikoordinasikan dengan instansi terkait seperti dinas kesehatan agar dapat menekan angka kematian ibu, bayi dan balita yang selama masa pandemi mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Indonesia menunjukan penurunan dari 27,7 % di tahun 2019 menjadi 24,4%. Namun, prevalensi underweight mengalami peningkatan dari 16,3% menjadi 17%. Sedangkan Provinsi KalimantanSelatan (Kalsel), angka stunting masih berada pada 30 persen.(Olpah Sari Risanta).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!