Catatan BPDPKS Journalist Fellowship dan Training 2021 (Part II)

0

Menyelamatkan Petani Swadaya, Menjaga Sawit Andalan Perekonomian Indonesia

Banjarmasin- Komoditas sawit dewasa ini berperan penting dalam perekonomian Indonesia.Perkembangan sektor komoditas ini tumbuh dengan baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan turut berkontribusi mengurangi kemiskinan.

Kabar menggembirakan dari data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebutkan sektor ini mampu menyerap 4,4 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung.Tak hanya itu 2,3 juta usaha petani yang mempekerjakan 4,4 juta orang di industri perkebunan kelapa sawit.Terbaru program mandatori B30 diperkirakan menghemat devisa USD 8 Miliar atau setara dengan Rp.116 Triliun, sedangkan melalui mandatori B20 saja penghematan mencapai USD 3,54 Miliar atau Rp.51,73 Triliun.

Namun lajunya pertumbuhan sektor perkebunan sawit dan turunannya,ternyata komoditas ini tidak luput dari ancaman dan kampanye hitam sebagai buntut langsung persaingan negara penghasil minyak nabati. Kemasan isu pun bergerak dari tahun ke tahun, mulai kesehatan dan kolesterol, degradasi lingkungan dan polusi, orang utan dan biodiversity, isu gambut dan kebakaran hutan, deforestasi dan hingga isu-isu pekerja di bawah umur.

 

Salah satu areal perkebunan sawit PT.Citra Putra Kebun Asri

 

Isu-isu ini membuat resah para petani sawit swadaya. Tak hanya itu persoalan pandemi yang sempat mewabah dalam satu tahun lebih mengancam langsung petani-petani kecil kelapa sawit independen atau swadaya ini. Akibat pandemi juga petani mengalami kesulitan karena pabrik kelapa sawit dan kegiatan pabrik kelapa sawit sangat lamban akibat dari kebijakan PSBB hingga PPKM, termasuk sekarang harga pupuk yang melambung.

“Selama ini orang hanya melihat dari sisi sawit secara global dan banyak memojokkan dengan isu-isu liar, namun di sana juga jutaan petani swadaya atau independen yang menjalankan usaha perkebunan secara mandiri. Jika segala sesuatu usaha dihalang-halangi dengan black campaign dan sebagainya , siapa yang menolong mereka.Padahal mereka dalam menjalankan usaha juga menjalankan prosedur dan aturan yang berlaku,” ungkap Golda Mektania, Kadiv Komunikasi dan Medsos DPP Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia), saat berdiskusi dalam BPDPKS Journalist Fellowship dan Training 2021,di Hotel Golden Tulip, Banjarmasin Jumat (12/11/2021).

Karena itulah Golda berharap keberadaan dan perjuangan sosok-sosok petani sawit mandiri yang tersebar di belahan nusantara harus bisa dilihat secara utuh. Ia pun berharap peran jurnalis untuk mempublikasi lebih intens, sehingga industri perkebunan kelapa sawit yang nampak bukan sisi perusahaannya saja, namun juga bagaimana peran langsung mereka yang berada di garis depan, yakni petani independen.

“Kami sangat mengapresiasi kawan-kawan jurnalis yang mendukung keberadaan petani-petani lewat pemberitaan yang inspiring dan membangun, dalam rangka turut mensejahterakan masyarakat khususnya petani yang berkecimpung di dunia perkebunan kelapa sawit,” katanya.

 

Ketua Bidang Komunikasi, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi,berdiskusi khusus dengan peserta BPDPKS Journalist Fellowship dan Training 2021,di Hotel Golden Tulip Banjarmasin.

 

Sebelumnya juga Wakil Presiden Ma’aruf Amin memberikan perhatian khusus kepada para petani swadaya yang terlibat langsung dalam sektor perkebunan kelapa sawit di tanah air. Karena itu pula pemerintah mendorong adanya hilirisasi produk kelapa sawit yang juga dilakukan oleh mereka yang berada di usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Pemerintah memandang penting dalam memberikan perhatian khusus kepada perkebunan rakyat yang bermuara kepada peningkatan kesejahteraan petaninya. Pemerintah menyebutkan ada tiga klaster yang perlu dikelola dengan baik, mulai peningkatan nilai tambah dan perbaikan kesejahteraan petani. Dimulai dengan penguatan sektor hulu, hilir hingga yang terakhir adalah peningkatan kualitas SDM.

Ketua Bidang Komunikasi, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi, menegaskan sampai saat ini industri kelapa sawit menjadi bagian penting perekonomian Indonesia. Dan Sawit menjadi andalan perekonomian Indonesia, termasuk dalam kondisi pandemi Covid-19.

“Hingga kini peran industri kelapa sawit sang penting dalam mendukung perekonomian secara nasional. Bukan main-main,sawit ini berkontribusi besar dan menjadi penyumbang kedua devisa negara,” tegas Topan Mahdi, salah satu pembicara utama dalam BPDPKS Journalist Fellowship dan Training 2021.

Informasi sahih pun diperkuat Topan dengan data total nilai ekspor sawit pada tahun 2020 saja sebesar USD 22,97 Dollar atau setara dengan 20,22 miliar.Berdasarkan kepemilikan per 2019 saja komposisinya adalah perkebunan rakyat 41 persen, perkebuan negara 4 persen dan perkebunan swasta 55 persen.Sedangkan untuk komposisi produksinya adalah perkebunan negara 5 persen dan perkebunan swasta 55 persen.

 

Kunjungan Peserta BPDPKS Journalist Fellowship dan Training 2021 ke Pabrik Kelapa Sawit PT.Citra Putra Kebun Asri, Jorong, Tanah Laut, Kalsel di hari pertama kegiatan.

 

Karena itulah  ditengah terpaan isu negatif sebagai perusak lingkungan dan sebagainya, menurut penulis buku Pena Di Atas Langit 1 dan 2 , perlu sinergi semua pihak untuk melawan kampanye hitam yang merugikan Indonesia. Sejatinya industri kelapa sawit  ini adalah milik bangsa Indonesia, dan semua  semua memiliki kepentingan untuk mengembangkannya.  Karena komoditi ini menyerap investasi serta membuka lapangan kerja yang cukup luas.

“Karena itulah mari kita jaga sawit kita yang  jelas-jelas adalah untuk mensejahterakan masyarakat khusus para petani, dan selama ini menjadi primadona perekonomian Indonesia.Ini adalah milik kita bersama, Indonesia beruntung dianugerahi tanaman yang memberikan manfaat luar biasa untuk ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya,” ajak Topan.

Selain Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI, kegiatan BPDPKS Journalist Fellowship dan Training 2021 juga menghadirkan pula narasumber yang berkompeten seperti Fadhil Hasan, Ketua Bidang Luar Negeri GAPKI, Yanto Santosa, Guru Besar Fak. Kehutanan IPB , dan Dedi Djunaedi, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementan/Ketua Sekretariat Pelaksana RAN KSB , serta Paulus Tjakrawan, Ketua Harian APROBI (Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia). (Muhammad Risanta).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!