Bisakah Halal Tourism di Kalsel ? Why Not !

0

Trio Srikandi Pariwisata Banua dan Nasional.

Ada hal menarik ketika kami diundang dalam Dialog Santai Sore di Cafe 10.2, Cemara Ujung, Kayu Tangi, Jumat (30/08/2024).Sebuah pertemuan tokoh perempuan yang passion di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Karena yang berbicara perempuan yang memiliki kapabelitas dan pandangan jauh terkait wisata, termasuk dalam perspektif wisata halal.

Meski hanya sederhana dan santai, namun pertemuan yang dipandu Jurnalis Senior Transmedia, Muhammad Risanta, mampu membuka lebih jauh peluang dan pengembangan Halal Tourism di Kalimantan Selatan. Tiga tokoh perempuan seperti Hilda Ansariah Sabri, Jurnalis Senior nasional sekaligus owner media wisata internasional, Bisnis Wisata.co.id, Dewi Restina (Ketua ASITA Kalsel) serta Sekretaris Dinas Kebudayaan kepemudaan dan olahraga Dan pariwisata Kota Banjarmasin,Fitriah (mewakili Wali Kota Banjarmasin).

Hilda Ansariah Sabri, yang juga Ketua Forum Dialog Wisata Halal, membuka perspektif Halal tourism atau wisata halal sebagai sebuah kegiatan pariwisata yang menyediakan fasilitas, pelayanan, dan pengelolaan sesuai dengan syariat Islam. Andung sapaan akrab perempuan pernah menjadi Jurnalis di Harian Ekonomi Bisnis Indonesia, menyebutkan Wisata halal sendiri mencakup berbagai hal mulai makanan, minuman, tujuan wisata, penginapan, moda transportasi hingga keuangan.

“Kita menyatukan persepsi dulu terkait Halal Tourism.Karena sudut pandang sempit orang banyak mengartikan bahwa wisata halal itu hanya berkaitan ziarah dan wisata religi semata.Namun ini perspektifnya cukup luas. Wisata halal tidak hanya digunakan di negara Islam, tetapi juga di negara non-Islam. Kita bisa melihat negara yang bisa menjadi destinasi wisata halal adalah Sri Lanka, Maroko, atau pulau Yao Noi di Thailand.,” terang Hilda “Andung” Ansariah Sabri, saat memulai dialog sore.

 

Hilda Ansariah Sabri,Ketua Forum Dialog Wisata Halal.

Meskipun dikenal sebagai salah satu Jurnalis yang empat puluh tahun lebih berpergian ke berbagai negara di dunia dalam tugas jurnalistik, Hilda menilai pengembangan Halal Tourism mampu meningkatkan pengembangan ekonomi Indonesia khususnya ekonomi syariah. Terlebih Indonesia sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia.

“Kita punya modal sebagai negara muslim terbesar di dunia.Nah Kalsel itu Provinsi yang agamis dan muslimnya terbesar pula.Kami optimis bisa jalan bersama dengan potensi destinasi-destinasi wisata terbaik disini. Apalagi seiring dengan pengembangan Geopark Meratus,”katanya.

Merujuk berbagai literatur, perempuan yang sempat menjabat Bidang Kepariwisataan di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, menyebutkan pula Wisata Halal mampu meningkatkan pengembangan ekonomi Indonesia khususnya ekonomi syariah. Terlebih Bank Indonesia menilai wisata halal juga menjadi kunci penguatan ekonomi Indonesia.

“Nah kita juga perlu kolaborasi dengan Bank Indonesia, Bank Kalsel dan Pemerintah Kota Banjarmasin, karena memulai dari Banjarmasin.Nah yang terpenting kita bisa memahami bagaimana wisata adalah layanan halal yang dimiliki oleh destinasi wisata yang dikunjungi. Jadi sebenarnya wisata halal itu layanan yang halal di wisata itu.Di Kalsel why not, kita kembangkan,” ajaknya.

 

Sekretaris Dinas Kebudayaan kepemudaan dan olahraga Dan pariwisata Kota Banjarmasin,Fitriah (mewakili Wali Kota Banjarmasin), salah satu narasumber yang mampu memantik diskusi sore kian menarik.

Ajakan Andung sendiri diapresiasi Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Kalsel, Hj Dewi Restina SE. Eksekutif muda yang dikenal low profile ini pun menjelaskan pada prinsipnya pelaku industri pariwisata di daerah itu selalu siap dengan perubahan-perubahan, termasuk kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Termasuk pula dalam mengembangkan pariwisata halal.

“Bagi kami orang kepariwisataan tinggal penyesuaian dan penguatan dari segi SDM dan kerjasama. Nah kami pun perlu dukungan juga pemerintah daerah, mulai Kabupaten maupun kota hingga provinsi. Apakah ke depannya penerapan wisata halal menjadi satu peluang dan saling menguntungkan,” ujar perempuan yang juga Direktur PT Dwi Rosada.

Karena itu pula Dewi meminta semua elemen di daerah saling bergandeng tangan dan menguatkan. Karena mengembangkan wisata halal itu bukan hanya kerjanya travel agent semata, namun semua sektoral ada perannya. Harapannya pemerintah melalui dinas-dinas pariwisata bisa merancang dan menguatkan SDM dan tata kelola destinasi wisata yang semakin profesional.

“Prinsipnya ASITA dan kawan-kawan asosiasi lainnya menyambut baik pengembangan Halal Tourism. Tentunya kita saling bersinergi,” tegasnya.

Sekretaris Dinas Kebudayaan kepemudaan dan olahraga Dan pariwisata Kota Banjarmasin,Fitriah, menjelaskan Pemerintah Kota Banjarmasin sangat respek dengan upaya membangun Halal Tourism di kota Seribu Sungai. Karena Banjarmasin memiliki destinasi-destinasi wisata unggulan termasuk wisata religi serta wisata kekini-kinian.

“Memang persoalan kita adalah bagaimana menciptakan spirit masyarakat secara luas bangga dengan Banjarmasin sebagai kota wisata. Karena SDM kepariwisataan di Banjarmasin memang terbatas dan ini terus kami upgrade. Kami membutuhkan waktu menghadirkan SDM-SDM pariwisata yang andal dan profesional dan mencintai pariwisata,” ucap Fitriah.

Fitriah pun tak menepis persoalan SDM menjadi perhatian utama SKPD yang dipegangnya. Karena bicara sumber daya manusia juga tidak terlepas dari anggaran yang dimiliki Pemerintah Kota Banjarmasin. Karena itu setiap program atau agenda maupun event yang dikerjakan sasarannya adalah investasi masa depan pariwisata Banjarmasin.

“Promosi  pariwisata itu butuh anggaran dan banyak event-event kita dorong dalam mengenalkan pariwisata Banjarmasin lebih luas lagi. Memang selintas acara-acara itu menghamburkan biaya, tapi sasaran kita adalah pergerakan ekonomi Banjarmasin bergerak di sektor pariwisata, seiring meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Banjarmasin. Tinggal kita juga mendorong pelaku usaha dan pengelola destinasi wisata serta masyarakat menciptakan harmonisasi dalam memajukan pariwisata, termasuk juga halal tourism,” tambahnya.

 

Kehadiran 3 narasumber ini pun mendapat perhatian serius para peserta Dialog Sore.

Diskusi ketiga tokoh ini pun semakin hangat dalam menguatkan konsep memajukan pariwisata Kalsel dan wisata di Banjarmasin. Kami pun sependapat dengan keinginan ketiganya dan peserta forum yang ingin wisata halal bisa dikembangkan lebih baik di Banua.

Kalsel sendiri dari sudut pandang media dan berbagai kalangan layak untuk mengembangkan halal tourism. Karena secara indikator dengan kota yang banyak menyimpan histori sejarah paling mendekati untuk persyaratan sebagai kota halal tourism.

Berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI) terdapat empat indikator dalam penilaian wisata halal yaitu Accessibility (aksesibilitas), communication (komunikasi), environment (lingkungan) dan service (layanan).

Wisata halal sendiri adalah salah satu jenis konsep wisata yang relatif baru yang menjadi prioritas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak tahun 2024. Halal Tourism memiliki potensi besar untuk dikembangkan hingga kancah global.

Merujuk keinginan pemerintah tersebut, maka pengembangan konsep wisata halal memerlukan ketersediaan makanan dan minuman halal, fasilitas pendukung untuk beribadah yang memadai, bebas dari aktivitas non halal, penyediaan area rekreasi yang terpisah antara perempuan dan laki-laki, serta penginapan yang sesuai dengan aturan Islam bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.

“Insya Allah jika semua bersatu, Banjarmasin dan Kalsel bisa menerapkan konsep wisata halal, karena dinilai memiliki prospek menjanjikan ke depannya,” ucap Andung, Dewi Restina dan Fitriah mengakhiri diskusi ringan sembari menyeruput kopi hangat. (Olpah Sari).

Olpah Sari – Jurnalis – Editor Economic Travelling.Com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!