Ma’rof Al Furqan.Petani Milenial asal Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar,

Kementerian Pertanian memperkenalkan strategi baru dalam memacu produksi tanaman pangan guna menjaga ketahanan pangan nasional. Fokus utamanya adalah memanfaatkan potensi lahan rawa dan pengelolaan sumber air yang efisien.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pun menegaskan langkah ini dalam upaya peningkatan produksi pertanian dan mengembalikan swasembada pangan. Salah satunya adalah meningkatkan produksi nasional untuk komoditas beras dan jagung.

langkah ini juga diiringi dengan optimisasi pemanfaatan lahan untuk pertanian, termasuk lahan-lahan rawa yang sebelumnya dianggap tidak produktif. Untuk merealisasikan ini, Kementerian pun berharao ada kolaborasi salah satunya melalui peran langsung anak muda.

Hal ini mengemuka juga dalam acara Milenial Agriculture Forum (MAF), Volume 5 Edisi 14. Mengusung Tema “Lahan Rawa Membawa Berkah, Petani Muda Sumringah”,yang digelar Sabtu (27/04/2024), yang diselenggarakan SMK-PP Negeri Banjarbaru.

Milenial Agriculture Forum sendiri diprakarsai Pusat Pendidikan Pertanian ini mengundang khusus narasumber, mulai Ma’rof Al Furqan seorang Penerima Manfaat Program YESS PPIU Kalimantan Selatan hingga Ani Susilawati seorang Penyuluh Pertanian dari Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Lahan Rawa.

Di momen ini  Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru, Budi Santoso menyampaikan Kementerian pertanian,sedang menggenjot produksi padi, dan banyak program yang sedang dilaksanakan salah satunya Optimalisasi Lahan (Oplah) terutama di lahan rawa.

“Dukungan gelaran MAF di SMK-PP N Banjarbaru ini,  bertujuan mendukung program Kementan dalam mengoptimalkan lahan rawa, salah satu kegiatan berupa padi gogo yang ditanam di lahan pertanian di lahan rawa,” terang Budi Santoso.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menjelaskan sekarang ini Kementan sedang  mengoptimalkan lahan rawa yang ada di Kalimantan dan Sumatera.

“Sebagian besar lahan rawa kita belum dimaksimalkan secara maksimal dan hanya 1x dan beberapa tempat 2x dalam setahun. Lahan rawa memiliki potensi yang luar biasa untuk pertanian, baik itu untuk perluasan areal tanam, ataupun potensi peningkatan produksifitas, peningkatan indek pertanaman, dan peningkatan peran petani yang ada di lahan rawa ini”, ujar Dedi saat membuka acara resmi Milenial Agriculture Forum.

Dedi juga menyebutkan faktor penting pengelolaan lahan rawa adalah pengelolaan air.

“Baru setelah itu kita kelola hal-hal lainnya, termasuk kita kelola lahannya, tata lahannya, dan kita kelola tanamannya, salah satunya di sistem Surjan ini,” sambungnya

 

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi saat memberikan arahan.

Kementerian pertanian juga saat ini sedang gencar-gencarnya menggenjot produktifitas lahan pertanian terutama untuk padi sawah.

“Saat ini Kementan melibatkan petani milenial untuk langsung terjun dilapangan, mengelola lahan rawa menghasilkan produksi beras,” katanya.

Dalam paparannya berjudul “Optimalisasi Pengelolaan Lahan Rawa untuk Peningkatan Produksi Padi,. Ani Susilawati menjelaskan bahwa lahan rawa sendiri ada 2, yaitu pasang surut dan lebak.

“Lahan rawa itu adalah raksasa tidur, lahan rawa kedepan adalah menjadi tumpuan serta menjadi harapan bagi kita semua dalam peningkatan produksi, seperti padi”, jelasnya.

Penyuluh Ahli Madya ini membeberkan pada proses budidaya lahan rawa terpadu perlu beberapa.Mulai  pengelolaan air, persiapan dan penataan lahan, pupuk dan pembenah tanah, varietas dan cara tanam, pengendalian OPT, hingga terakhir panen dan pasca panen.

 

Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) Idha Widi Arshanti .

Sementara Ma’rof Al Furqan, yang juga seorang petani muda dari Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, mengungkapkan bagaimana ia memilih menggunakan sistem Surjan, Sistem ini salah satu bentuk penataan lahan yang biasa dilakukan oleh petani lahan pasang surut dan terbukti mampu mengantisipasi perubahan iklim.

Ma’rof Al Furqan mengapa ia memilih system ini di lahan rawa karena lebih menguntungkan dan efektif, karena bisa mengoptimalkan lahan dengan menanam 2 jenis tanaman dan mendapatkan 2 keuntungan. Lahan yang Ia dikelolanya saat ini mencapai 1,5 hektar, dengan populasi cabai 7000 dan tanaman padi di sekitar bedengan cabai. Melalui usahanya ini Ia dapat meraup omset 100 sd 250 juta per tahun.

Ia juga berbagi kunci sukses dalam mengembangkan usaha, yaitu dengan menganalisa potensi lahan, konsisten dalam berusaha, tidak menyerah,dan optimis dan percaya diri dalam mengembangkan usaha.

Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) Idha Widi Arshanti menambahkan potensi lahan rawa sekitar 33 juta hektar di Indonesia sangat besar. Saat ini Kementan menerjunkan petani-petani milenial dengan menejurkan alumni-alumni SMK-PP, Polbangtan dan PEPI.

“Harapannya petani-petani milenial ini juga dapat membentuk korporasi. Selain itu juga petani milenial untuk bergabung dalam perkumpulan petani milenial, disana kita saling berbagi, berpatisipasi, dan melihat apa yang sedang trending saat ini,”tutupnya. (Olpah Sari).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!