Kalsel “Menjemput Dunia” Merawat Budaya dan Pariwisata Banua

0

Ketua Science dan Research NGO UNESCO untuk Asia, Amanah Asri saat berbicara di Forum Wisata Budaya Internasional di Gedung Mahligai Pancasila, Banjarmasin.

Catatan Kecil Forum Wisata Budaya Internasional 

Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar Tapin, adalah beberapa tempat di Kalimantan Selatan (Kalsel) yang kini menjadi sorotan dunia. Terlebih daerah ini juga menjadi bentangan Geopark Meratus, yang tengah dikembangkan dalam menjaga, merawat dan melestarikan budaya dan kearifan lokal wilayah di Kalsel.

Geopark sendiri adalah salah satu tempat destinasi wisata yang mendapat perhatian dan kunjungan dalam Forum Wisata Budaya Internasional (FWBI) tahun 2024.Sekedar diketahui Geopark merupakan wilayah geografis tunggal yang dikelola secara holistik untuk tujuan perlindungan, pendidikan, dan pembangunan kawasan secara berkelanjutan. Disebutkan komponen pengembangan Kawasan Geopark meliputi pengembangan masyarakat, pembangunan ekonomi dan konservasi.

Setidaknya manifestasi ini pun tertuang dalam diksi “Kalsel Menjemput Dunia” yang diwujudkan dalam Festival Wisata Budaya Internasional. Tahun 2024 merupakan tahun kedua gelaran yang diikuti berbagai delegasi negara mulai Tibet, India, Meksiko, dan Prancis. Beragam hal penting dikenalkan Kalsel kepada dunia lewat kunjungan dan seminar yang dikemas apik membawa daerah ini “mendunia”.

 

Delegasi India mengaku surprise dan senang dengan keunikan budaya masyarakat Banjar, salah satunya menjadi pedagang pasar terapung.

Harapan semua event ini dapat membuka peluang promosi sektor pariwisata Kalsel ke mancanegara.Festival sendiri digadang-gadangkan juga membuka peluang dan promosi sektor pariwisata Kalsel di level nasional dan internasional. Karena beragam destinasi wisata unggulan pun dikenalkan lebih jauh mulai Pasar Terapung, Kampung Purun Banjarbaru, Pendulangan Intan Cempaka , Tahura Sultan Adam serta destinasi unggulan lainnya.

Upaya Pemerintah Provinsi Kalsel melalui Dinas Pariwisata mengenalkan Budaya, adat istiadat, Pariwisata dalam Forum Wisata Budaya Internasional (FWBI) mendapat apresiasi berbagai kalangan. Meskipun begitu event berskala internasional mendapat kritikan, agar gaungnya lebih kencang lagi.Karena kurang mendapat porsi dalam publikasi yang luas.Kendati demikian perhelatan ini pun dinilai mampu membawa harapan Kalsel menuju dunia sesungguhnya.

Dalam kesempatan itu Tim Economic Travelling.Com yang dikoordinir Olpah Sari berkesempatan bertemu langsung dengan Ketua Science dan Research NGO UNESCO untuk Asia, Amanah Asri. Perempuan cantik ini salah satu orang banyak mensupport gerakan mengenalkan budaya Kalsel untuk mendunia.

Untuk bertemu seorang Amanah Asri, memang tidak gampang. Karena agenda kerjanya yang padat, perempuan penggemar seni dan kriya ini, bahkan lebih senang berada di balik layar. Karena dirinya bekerja semata-mata karena pengabdian dan keinginan mengenalkan budaya dan wisata daerah-daerah di Indonesia.

Bagaimana pandangannya terkait Forum Wisata Budaya Internasional dan potensi budaya serta pariwisata di Kalsel, berikut petikan wawancara Amanah Asri dengan Jurnalis Olpah Sari, yang juga adalah Pemimpin Umum media Economic Travelling.Com, di Banjarmasin, Jumat malam (16/08/2024).

 

Foto kenang-kenangan pelaksanaan Forum Wisata Budaya Internasional Pertama tahun 2023. (Foto-Istimewa).

Forum Wisata Budaya Internasional boleh kata adalah satu event terbaik mempromosikan pariwisata dan kebudayaan Kalimantan Selatan ke internasional. Nah pandangan anda sendiri melihat demikian bagaimana dan bagaimana pula ketertarikan dengan budaya disini sehingga turut membidani lahirnya forum berskala dunia ini ?

Alhamdulillah saya bersyukur sekali, event ini berjalan dengan baik hingga memasuki tahun kedua. Meskipun masalah penyebutan nama eventnya masih mencari format yang pas, namun secara keseluruhan bagus.

Kita beruntung sekali, pemerintahan Gubernur Paman Birin sangat mendukung terhadap promosi seni budaya dan wisata.Karena Paman Birin dikenal orang penyuka seni, jadi ini awal yang baik menggerakan Forum Wisata Budaya Internasional lebih kencang lagi. Sehingga nama Kalsel itu bisa menembus dunia, seperti taglinge tahun lalu yang menurut hemat kami bagus sekali.

Ini merupakan tahun kedua pelaksanaannya. Tentunya menjadi evaluasi bersama untuk menjadikan semakin baik dan gaungnya tiada henti.Kita juga sangat berterima kasih dengan support pa Sekdaprov Kalsel, Pak Roy Rizali Anwar dan Kepala Dinas Pariwisata Kalsel, Pak Syarifudin (sekarang Pj Bupati Tapin), sehingga Forum Forum Wisata Budaya Internasional bisa terlaksana dengan baik. Tentunya juga supporting luar biasa semua pihak, yang memiliki empati untuk mengangkat nama Kalsel mendunia.

Ini adalah Forum Internasional sudah barang tentu segalanya direncanakan dengan baik , untuk memulai itu bagaimana dan ke depannya apalgi yang difokuskan ?

Tahun lalu sebelum tercetus forum ini, kami membahasnya dalam diskusi bersama pa Sekdaprov Kalsel, dan Kepala Dinas Pariwisata Kalsel. Apa yang mesti dilakukan untuk mempromosikan Kalsel ini, tak hanya di kancah nasional namun fokus kita adalah internasional.

Lalu mereka bertanya apa dan bagaimana, saya memberikan pandangan bahwa salah satu NGO di bawah naungan UNESCO sangat peduli untuk mengangkat budaya dan pariwisata daerah.Karena itu harus direncanakan satu event berskala internasional, dengan mendatangkan delegasi-delegasi luar negeri. Kebetulan NGO yang saya ada di dalamnya memiliki akses luas untuk mendatangkan mereka. Tentunya kerjasama antara NGO dari UNESCO dan Pemerintah Provinsi Kalsel, saling menguntungkan kedua belah pihak, yang bermuara mengangkat dan promosi kebudayaan dan pariwisata di daerah ini.

Jika mencermati dewasa ini boleh di kata Kalsel potensi pariwisata dan seni budayanya merupakan warisan leluhur asli dan memiliki kearifan tersendiri. Lalu sebenarnya apa sih lagi yang harus dilakukan Kalsel, karena secara promosi mereka cukup gencar ?

Nah ini yang harus kita dorong. Kalsel boleh lah dikenal sebagian di nasional, namun secara global orang-orang di luar sana, di mancanegara belum tahu bagaimana Kalsel dan pariwisata serta budayanya.Makanya target kta adala internasional, karena kota-kota lain sudah menjamah dunia, ya kita disini harus juga. Seperti halnya Kalsel Menjemput Dunia. Baru di Kalsel lho taglin bagus seperti ini.

Jadi Kalsel itu harus kita “bunyikan keras “ ke dunia luar.Dengan cara apa, ya dengan Festival Internasional seperti ini.Awalnya dalam pelaksanaannya kita mengundang Taiwan, Rumania, Turky. Nah dalam event ini kita juga mengundang Perwakilan Delegasi India., Mr Jayaranjan. Dia tidak menari sebagaimana layaknya masyarakat India, tetapi beliau memberikan pandangan kebudayaan dalam seminar kemarin.

 

Ketua Science dan Research NGO UNESCO untuk Asia, Amanah Asri, bersama delegasi sejumlah negara menghadiri Puncak Hari Jadi Provinsi Kalsel ke-74.

Ada satu yang menarik dari sudut pandang kami orang media, yakni konsep forum internasional bukan sekedar penampilan seni  dan tari namun juga hal-hal dibalik sebuah seni diangkat sisi ilmiah, kok biasa dan menjadi pembeda dari event-event seni budaya kebanyakan.

Nah dalam event memang sedikit berbeda. Tak hanya menyajikan penampilan seni dan tari saja. Ada konsep lain yang kami berikan untuk membuka wawasan bagaimana sebuah seni budaya itu ada.Teori-teorinya pun menyebutkan seni budaya begini dan begitu.Seperti halnya kehadiran Mr Jayaranjan, tak yang hanya mengulik seni tari Indianya namun filosofi-filosofi dibalik kesenian dan budaya India.

Inilah pencerahan atau masukan maupun gagasan yang harus kita sampaikan kepada anak-anak muda, mahasiswa maupun generasi milenial pentingnya memahami seni dan dan budaya sebagai warisan budaya dan daerah. Jadi sebuah kebanggaan untuk daerah.

Misalnya kami tadi mengunjungi Kabupaten Tapin. Karena Tapin juga memiliki kebudayaan yang sangat terjaga. Bahkan ada yang sudah masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), seperti  Bapandung.

Makanya kami berkunjung kesana selain melihat dari dekat kesenian budayanya, di Tapin kami juga bisa mengetahui apa saja destinasi-destinasi wisata unggulan. Tadi delegasi sejumlah negara sangat terkesan dengan Goa Batu Hapu yang ada di Binuang, Saya kira ini destinasi wisata berbasis alam yang memiliki keunikan tersendiri.

Nah kalau dikaitkan dengan Geopark Meratus, Goa Batu Hapu masuk dalam Geoarea Cekungan Barito yaitu Cekungan Barito berumur Eosen-Oligosen. Mengutip Buku Geopark Meratus, maka wilayah Geopark Pegunungan Meratus dibagi lagi menjadi tiga geoarea yang berbeda. Geoarea merupakan kumpulan beberapa geosite yang berada dalam satu kawasan.

Kata kunci dari Forum Wisata Budaya Internasional ini adalah kolaborasi dan promosi. Dan terpenting adaah bagaimana mengajak anak-anak muda terlibat di dalamnya, mencintai dan memiliki serta ada kebanggaan akan kebudayaan dan pariwisata berkelanjutan  didaerahnya.

Karena sejatinya pariwisata budaya merupakan suatu kegiatan wisata yang condong atau cenderung kepada daya tarik wisata berwujud hasil-hasil dari seni budaya daerah tersebut, contohnya adat istiadat, upacara keagamaan, tata hidup masyarakat, peninggalan sejarah, hasil seni dan juga kerajinan masyarakat di daerah tersebut .(Olpah Sari).

Olpah Sari – Jurnalis – Editor Economic Travelling.Com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!