Serunya Jalan Kaki dan Naik MRT Menjelajahi Singapura

0

Mass Rapid Transit atau MRT di Singapura adalah sistem transportasi yang sangat efisien dan nyaman untuk menjelajahi kota Singapura.

Awas ! Tidak Fokus Bisa Kesasar dan Jalan Kaki Kembali Ke Stasiun Awal

Singapura adalah salah satu kota paling sibuk di dunia. Namun Singapura selalu menyimpan pesona sebagai salah satu negara yang paling banyak dikunjungi wisatawan berbagai negara di dunia.

Konon selama tahun 2023 saja ada 13,6 juta orang mengunjungi Singapura dan 2, 3 juta adalah wisatawan Indonesia (merujuk data Singapore Tourism Board, yang dilansir detikfinance yang mengutip CNBC).

Nah  dari Januari hingga April 2024 saja Indonesia salah satu negara peringkat pertama yang mengunjungi  Singapura disusul China. Statistik dari Singapore Tourism Board menyebutkan pula wisatawan Indonesia hampir 20 persen dari seluruh turis asing yang berkunjung ke sana.

Pesona luar biasa Singapura memang tak ada habis-habisnya, terbukti di penghujung bulan Mei hingga Juni 2024, negeri terus didatangi wisatawan dari berbagai belahan dunia. Singapore Tourism Board membidik 15 hingga 16 juta kunjungan wisatawan luar negeri ke negara mereka di tahun 2024.

Menjelajahi kota Singapura dengan sejumlah destinasi-destinasi wisata dan belanjanya tidak terlepas dari sarana dan prarasananya. Sebagian besar wisatawan memiliki menggunakan transportasi bus maupun mini bus untuk mengelilingi kota yang terkenal dengan patung Merlion-nya (patung ikonik makhluk mitos berkepala singa dan berekor ikan).

 

Usai mengikuti Forum Pertemuan Wali Kota Sedunia (World Cities Summit Mayor Forum) 2024, Wali Kota Banjarmasin, H Ibnu Sina, bergabung dengan wisatawan Banjarmasin menjelajahi kawasan Singapura dengan jalan kaki dan menjajal MRT hingga ke Bandara Changi, Singapura.

Nah bagi yang suka traveling yang seru, jalan kaki dan menggunakan bus  atau juga bisa naik MRT (Mass Rapid Transit). Untuk menggunakan jasa ini kita hanya melakukan pembayaran dengan kartu EZ-Link di Singapura. Kartu EZ-Link adalah sebuah kartu pintar nirkontak dan sistem uang elektronik yang dapat diisi ulang, dan digunakan sebagai metode pembayaran transportasi umum seperti bus dan kereta di Singapura.

Awal Juni 2024, Redaktur Pelaksana Economic Travelling.Com, Risanta, pun mendapat tugas peliputan ke Singapura terkait pariwisata dan ekonomi kreatif, usai mengikuti Training Of Trainer Kepemanduan Wisata (Instruktur Level IV) bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kerjasama dengan sejumlah LSP nasional, Jakarta.

Kebetulan di saat yang sama ada agenda Forum Pertemuan Wali Kota Sedunia (World Cities Summit Mayor Forum) 2024, yang dihadiri pula dengan Wali Kota Banjarmasin, H Ibnu Sina. Konon Forum pertemuan khusus membahas tentang pertukaran ide dan solusi untuk masalah keberlanjutan kota dalam menghadapi tantangan urbanisasi. Meskipun untuk menghadiri acara ini ada undangan khusus.

Meskipun begitu hari kedua berada di Singapura pria yang juga Tour Leader Wisata, memilih jalan-jalan mengelilingi Singapura dengan jalan kaki dan naik moda transportasi paling maju di dunia, MRT Singapura,

Pucuk cinta ulam tiba, Tim Economic Travelling.Com  bertemu sejumlah wisatawan asal Banjarmasin memilih traveling Singapura dengan cara yang berbeda, jalan kaki dan naik MRT.Hingga kloplah perjalanan bersama wisatawan satu kampung (begitu orang Malaysia menyebut kota).

 

Salah satu sudut kawasan Masjid Sultan, yang selalu menjadi tempat foto menarik bagi wisatawan. Ini juga Landmark megah di jantung Kampong Glam – ‘Arabic Quarter’ Singapura. Tempat ibadah Islam ini dibangun pada tahun 1824 oleh Sultan Hussian Shah (Sultan Singapura pertama).

 

Perjalanan pun dimulai dari Bugis Street yang sangat dekat dengan Masjid Sultan Singapura. Stasiun MRT Bugis (Kode EW12 / DT14) berada di Jalur Timur Barat MRT Singapura. Berada dekat Bugis Junction dan terdapat jalur langsung ke pusat belanja.

Namun sebelumnya ada sejumlah kawan-kawan (wisatawan Banjarmasin)  yang ingin mengunjungi Masjid Muhammad Saleh dan berziarah ke Makam Sayyid Bin Muhammad yang dikenal dengan sebutan Habib Noh di Singapura, sekaligus salat Dzhuhur disana.

Disinilah petualangan di mulai. Karena untuk menuju kawasan tersebut, wisatawan mesti pintar-pintar memilih rute di seputaran stasiun MRT yang berada di bawah tanah. Dalam rombongan napak tilas “Bakunjangan” ini terdapat pua,  Ichrom Muftezar (Kepala Disperdagin Kota Banjarmasin), Alive Yoesfah Love (Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin), Ketua Kadin Kota Banjarmasin,  M Akbar Utomo Setiawan, Hesly Junianto (Tim Ahli Wali Kota Banjarmasin), Fathurrahman (Direktur Bank Sampah), Sugito Said (Tim Pakar DMDI Kalsel).

“Ternyata ini menguras stamina dan maulah latup (lecet) batis. Tapi seru sekali, karena memutar menyesuaikan peta dan rute-rute yang ada, belum lagi ada beberapa terminal di bawah tanah kurang pendinginnya, jadi humap kita,” ucap Alive Yoesfah Love menyeka keringat begitu tiba di Masjid Muhammad Saleh, Singapura.

Ternyata dari Bugis junction MRT station – Tanjung pagar (menuju Makam Habib  Nuh) penuh perjuangan.Maklum saja beberapa kawasan ada beberapa dalam pembangunan proyek, sehingga ada memilih beberapa jalan kecil “tatambusan” agar sampai ke tujuan.

 

Hesly Junianto, wisatawan Indonesia merasa bersyukur bisa mengunjungi Masjid Masjid Muhammad Saleh dan berziarah ke Makam Sayyid Bin Muhammad yang dikenal dengan sebutan Habib Noh di Singapura, sekaligus salat Dzhuhur disana.

Beruntung di antara rombongan ada Dr Hj Siti Wasilah (istri Wali Kota Banjarmasin) yang dikenal sebagai Traveler dan penggiat pariwisata, cukup hafal berbagai kawasan dan sudut jalan kota Singapura. Tour Guide dadakan ini membantu sekali perjalanan menuju Masjid  Muhammad Saleh. Kendati demikian perjalanan panjang dengan jalan kaki kurang lebih 7 kilometer.

“Alhamdulillah, dulu ketika Bapak menyelesaikan pendidkan dan tugas belajar di kota ini , saya menyempatkan waktu menjelajahi Singapura dengan mengenali rute-rute perjalanan sehingga membantu sekali di kemudian. Tapi tak mengapa kita sambil olahraga ringan jalan kaki.” kata Siti Wasilah menyemangati rombongan yang terdapat sejumlah wisatawan perempuan, termasuk Ir Suri Sudarmadiyah ST (Kepala Dinas PUPR Kota Banjarmasin).

 

Sebelum menuju kawasan destinasi wisata Singapore dari Terminal Shenton Way Bus Station dengan Bus 133 ke Lau Pa Sat.

Usai berziarah, dan salat Dzuhur serta menikmati es sirop dan teh tarik hangat yang disediakan gratis oleh pengelola masjid, rombongan Banjarmasin yang juga sebagian besar Delegasi Dunia Melayu Dunia Islam Kalsel, memutuskan naik bus menuju salah satu kawasan Destinasi wisata Singapore City Gallery di Maxwell Road hingga Taman Merlion. Untuk menuju patung Merlion yang mendunia ini, lagi-lagi rombongan harus melintasi kawasan-kawasan dengan jalan kaki. Karena beberapa kawasan itu harus ditempuh dengan berjalan kaki dan bebas dari kendaraan roda dua dan empat.

Pengalaman seru lainnya juga adalah mengikuti rute perjalanan menuju Bandara Changi dengan MRT. Dari MRT Station Telok Ayer perjalanan dilakukan menggunakan MRT menggunakan rute spesial – China Town – Bayfront – Changi.

“Untuk menuju kota, naik kereta dari Stasiun MRT Bandara Changi (CG2) ke Stasiun MRT Tanah Merah (EW4), lalu transfer ke Jalur Timur Barat menuju Stasiun MRT Tuas Link (EW33). Ini salah satu kemudahan yang diberikan Pemerintah Singapura kepada masyarakatnya termasuk pula wisatawan, dari Bandara langsung ke kota naik MRT,’ sambung Siti Wasilah.

 

Lelah berjalan kaki menyusuri kawasan dan blok penghubung berbagai stasiun MRT, terbayar dengan pemandangan indah di destinasi wisata tujuan.

Terminal jalur Timur Barat (EWL) cabang Bandara Changi; dioperasikan oleh Kereta SMRT dan dibangun dengan arah timur-barat. Stasiun ini terhubung langsung ke Terminal 2 dan 3 Bandara Changi dan melayani fasilitas bandara lainnya termasuk Jewel .

Tahukah, kita ternyata untuk baru pertama menggunakan MRT , harus fokus dan sedikit menghafal rute-rute perjalanan yang sudah didesain untuk kemudahan para pelancong maupun masyarakat di negeri ini.

“Kalau tidak fokus, alamak tersesat nanti di tengah belantara kota Singapura , terutama saat menjelajah jalan kaki di antara blok atau street yang dilalui menuju terminal MRT,” pesan Hesly Junianto, yang tetap bugar meskipun harus jalan kaki PP 20 kilometer menyusuri singapura. (Risanta).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!