Petani Perempuan Bisa Kembangkan Usaha Lewat Program YESS

0

Program YESS sendiri dirasakan manfaat sejumlah Penerima Manfaat (PM) dari program tersebut. Salah satunya adalah petani muda asal Kabupaten Tanah Laut, Kalsel, bernama Arnita Wati.

Banjarbaru – Ini kabar terbaru tentang Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Service (YESS). Program ini  juga terus memperjuangkan kesetaraan gender dan inklusi sosial di dunia pertanian.

Melalui konsep Gender Equality and Social Inclusion (GESI), program ini memberikan perhatian khusus kepada kaum perempuan dan penyandang disabilitas.Hal ini didasari karena perempuan memiliki kontribusi besar dalam pengembangan usaha pertanian

Angga Tri Aditia Permana, Project Manager Program YESS PPIU Kalimantan Selatan mengatakan dorongan social inclusion, sangat penting terutama bagi penerima manfaat yang berada di lokasi terpencil dan kaum disabilitas.

Program YESS sendiri  berkomitmen untuk mengintervensi dan memberdayakan mereka agar turut terlibat dalam pengembangan usaha dan ketenagakerjaan, khususnya terkait hubungannya dengan GESI (Gender Equality and Social Inclusion).

Tak hanya itu menurutnya GESI dalam program YESS bertujuan memberikan akses yang sama bagi perempuan dalam bidang pertanian.

“Kami ingin memberikan kesempatan yang setara bagi perempuan untuk berusaha di sektor pertanian, mengingat masih banyak perempuan yang terpinggirkan dan kurang akses dalam mengelola bisnis pertanian,” jelasnya saat memberikan keterangan resmi, Selasa (16/4/2024).

 

Rini Diniyarti, petani muda yang mengembangkan komoditas sayuran hidroponik di kampungnya, di Tanah Laut. (Foto-Humas SMK PP Negeri Banjarbaru).

Program YESS sendiri dirasakan manfaat sejumlah Penerima Manfaat (PM) dari program tersebut. Salah satunya adalah  petani muda bernama  Arnita Wati. Perempuan muda asal Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan ini merupakan salah satu petani dengan komoditas tanaman padi.

Arnita Wati sangat bersyukur dengan adanya Program YESS ini. Karena berkat dana hibah yang diberikan pemerintah lewat Program YESS dirinya bisa mengembangkan usaha dari lahan 2 hektar menjadi 5 hektar.

“Dulu saya hanya memiliki lahan sawah 2 hektar, namun berkat dana hibah sebesar 24 juta dari YESS, saya berhasil mengembangkan usahanya menjadi 5 hektar. Bahkan berhasil membentuk klaster padi yang aktif dengan nama “Klaster Padi Kurau Bungas” yang terdiri dari 11 anggota,” tuturnya.

 

Salah satu produk beras dari petani perempuan muda Tanah Laut, Kalsel. (Foto Humas SMK PP Negeri Banjarbaru).

Hal serupa dirasakan Rini Diniyarti, petani muda yang mengembangkan komoditas sayuran hidroponik di kampungnya, di Tanah Laut.Petani muda ini pun mengungkapkan dampak positif program YESS bagi usahanya. Berkat bantuan YESS, ia dapat mengembangkan budidaya sayuran hidroponik yang tidak hanya memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi juga meningkatkan ekonomi keluarga.

Dia pun bercerita kalau teknologi hidroponik itu yang mudah diakses dan dioperasikan oleh perempuan mendukung partisipasi aktif mereka di sektor pertanian.

“Saya senang dapat menjadi bagian dari transformasi positif di dalam komunitas hidroponik, mendukung lingkungan yang inklusif dan adil secara gender,” ujar Rini.

Sekedar diketahui Regenerasi Petani dan Penumbuhan jiwa wirausaha pertanian menjadi fokus dari program Kementerian Pertanian. Langkah strategis Kementan adalah dengan menghadirkan Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) yang merupakan kerjasama dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD).

Dalam berbagai kesempatan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman terus berupaya meningkatkan produksi pangan strategis. Langkah tersebut tentunya perlu dukungan dari SDM pertanian yang memiliki potensi besar yang berasal dari usia produktif.

Secara terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menyebutkan bahwa regenerasi petani adalah harga mati yang harus dilakukan.

“Karena petani milenial inilah berperan penting di dalam pembangunan pertanian Indonesia bukan hanya saat ini tetapi 10 hingga 20 tahun kedepan,” sebut Dedi.(Olpah Sari/Adv).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!