Presiden Jokowi Ingin Indonesia Terus Belajar Dari Krisis Keuangan

0

Presiden Jokowi didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dan petinggi OJK dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia , Airlangga Hartato memasuki ruangan pertemuan. (FotoFoto: Humas Setkab/Rahmat).

Jakarta – Presiden Jokowi mengatakan untuk terus belajar dari krisis keuangan di masa lalu. Disisi lain semua pihak terkait diminta agar tetap waspada dalam menjaga industri jasa keuangan dan perekonomian.

“Saya mengapresiasi penyempurnaan taknonomi berkelanjutan Indonesia yang diluncurkan tadi oleh Ketua OJK sehingga inisiatif keuangan hijau bisa menyeimbangkan aspek ekonomi, lingkungan dan inklusivitas. Terima kasih atas dedikasi Bapak/Ibu dan kerja keras OJK dalam memajukan sektor keuangan,” kata Jokowi, saat berbicara dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) yang digelar di Jakarta, Selasa (20/01/2024).

Dalam pertemuan tahunan ini dia juga berharap setiap pihak terkait perlu mendorong agar inklusi dan literasi keuangan agar terus menjadi salah satu prioritas untuk diperkuat dalam menjaga kesehatan industri keuangan.

Jokowi pun mengapresiasi OJK dan kerja sama seluruh pihak dalam memajukan dan mewujudkan resiliensi industri jasa keuangan Indonesia.

“Saya senang tadi mendengar apa yang disampaikan oleh bapak Ketua OJK mengenai resiliensi industri keuangan. Mulai di tingkat permodalan permodalan perbankan mencapai 27,69%. Ini di atas Negara-negara di kawasan. Kredit perbankan juga masih bisa tumbuh di double digit, di 10,38 secara tahunan (yoy), ini juga di atas level pra pandemi. Dan ekonomi indonesia juga tumbuh masih sangat baik, yaitu 5,05%. Infalsi juga terkendali, terjaga di 2,57%.,” sebut orang nomor satu di negeri ini.

Jokowi juga menyebut Cadangan devisa Indonesia masih bertengger di di US$145 juta. Demikian pula denganNeraca dagang RI juga surplus US$36 juta atau kira-kira Rp570 triliun. Current account defisit (Defisit Transaksi Berjalan) Indonesia juga surplus di 0,16%.

“Saya kira angka-angka seperti itu yang harusnya kita optimis ekonomi terhadap Indonesia pada tahun 2024. kita masih Namun, tetap harus hati-hati, waspada, karena ekonomi global yang berubah sangat cepat, disrupsi teknologi yang masif terus terjadi. Tadi saya sampaikan geopolitik juga masih belum jelas akan selesai kapan akan ke mana, kita harus banyak belajar pada kasus-kasus masa lalu baik di krisis moneter 1998, Asian Financial Crisis,” ujarnya mengingatkan.

 

Presiden Jokowi memberikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2024, Selasa (20/02/2024), di Ballroom The St. Regis, Provinsi DKI Jakarta. (Foto: Humas Setkab/Rahmat)

Sementara itu Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan Indonesia akan semakin mengokohkan menjadi “Negara Demokrasi Presidensial Terbesar di Dunia serta mengajak semua pihak untuk tidak ragu-ragu terhadap penguatan perekonomian, stabilitas keuangan serta perbaikan iklim dan kesempatan investasi di Indonesia. Indonesia Seng Ada Lawan”. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga mampu menghadapi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

OJK menilai saat ini ketidakpastian perekonomian global mulai menurun, namun masih terjadi divergensi pemulihan antarnegara. Indikator perekonomian menunjukkan pertumbuhan ekonomi termoderasi di beberapa negara, khususnya di negara Uni Eropa dan Tiongkok.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi mendorong inflasi turun mendekati target inflasi sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif. Di AS, The Fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 bps di 2024 dengan pasar menilai ekonomi AS masih cukup resilient dan diperkirakan tidak akan mengalami resesi.

Namun demikian, pasar masih mencermati perkembangan geopolitik ke depan, seperti eskalasi ketegangan di laut merah imbas dari konflik Timur Tengah, serta penyelenggaraan pemilihan umum sepanjang tahun 2024 yang mencakup 50 persen populasi dunia terutama di beberapa negara utama seperti AS, Uni Eropa, India, dan Taiwan serta pemulihan ekonomi Tiongkok. (Olpah Sari).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!