Keran Pasar Pakistan terus terbuka Untuk Sawit  Indonesia

0

Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, (Foto-Dok Humas GAPKI)

Kabar terbaru terkait Sawit Indonesia. Pasar Pakistan ternyata masih membutuhkan Indonesia.Dengan hanya mampu memproduksi 0,75 juta ton di dalam negeri, negeri ini ternyata membutuhkan  4,5 juta ton minyak nabati setiap tahunnya.

Selebihnya atau sekitar 3 juta ton berupa kelapa sawit yang 90% diimpor dari Indonesia.Setidaknya kran terbuka ini menjadi peluang bagi Indonesia menggerek ekspor kelapa sawit ke Pakistan.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono,mengungkapkan tahun 2022 total ekspor kelapa sawit dan turunannya ke Pakistan mencapai 2,78 juta ton setara dengan 3,1 miliar dolar Amerika. Sedangkan per Oktober 2023, ekport kelapa sawit ke Pakistan mencapai 2,24 juta ton atau 2,1 miliar dolar Amerika.

“Pakistan adalah pasar yang potensial dan saya yakin akan terus berkembang. Untuk itu harus diperhatikan dan dikembangkan dalam berbagai perjanjian perdangan yang saling memberikan manfaat bagi kedua negara.” ungkap Eddy, dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (16/01/2023).

Eddy yang sempat berbicara dalam Pakistan Edible Oil Conference (PEOC) di Karachi, Pakistan, pada 12-13 Januari 2024 barusan, juga menekankan pasar Pakistan harus diperhatikan dan dikembangkan dalam berbagai perjanjian perdagangan yang saling memberikan manfaat bagi kedua negara tersebut.

Ada catatan tersendiri dibalik potensi pasar Pakistan bagi sawit Indonesia. Tahun 2022 lalu, Pakistan termasuk salah satu negara yang panik tatkala Indonesia menutup keran ekspor sawit.

Langkah kala itu ditempuh Indonesia akibat kelangkaan minyak goreng di dalam negeri. Presiden Joko Widodo ingin semua pihak membenahi dan menanggulangi kondisi tersebut.

Tahun 2022 Indonesia pun dibuat heboh dengan harga minyak goreng yang selangit.Kelangkaan ini pun membuat ibu-ibu rumah tangga tanki penyimpanan crude palm oil (CPO) juga penuh lantaran dilarang.

Sementara di belahan dunia lain, Pakistan yang merupakan negara terpadat ketiga di asia dan dengan jumlah penduduk terbesar kelima di dunia yakni sebesar 235 juta jiwa juga mengalami kepanikan.

Bagaimana tidak, Cadangan minyak sawit yang merupakan salah satu kebutuhan pangan utama mereka, saat itu diperhitungkan hanya cukup untuk kurang dari minggu saja. Jika sampai habis, maka negara tersebut akan mengalami krisis pangan yang memicu gelombang lonjakan harga dan lebih parah lagi memicu krisis sosial dan ekonomi.

Tak heran seorang seorang pejabat tinggi  Pakistan yang menelpon dan memohon agar membuka keran ekspor kelapa sawit dari Indonesia ke negaranya.

“Inilah yang digambarkan ketika saya mendengarkan kisah Abdul Raseed Jan Muhammad seorang tokoh sekaligus pelaku bisnis Pakistan dalam sambutan makan malamnya bersama para stakeholder sawit pekan lalu di Karachi Pakistan (01/01/24)” terang Eddy Martono,

Eddy pun menceritakan bagaimana sosok pria yang akrab disapa Jan ini cukup pontang-panting memohon visa untuk mengunjungi Indonesia dan menemui pejabat pemerintah Indonesia untuk melakukan lobi agar  membuka keran ekspor ke Pakistan 2022 lalu.

Beruntung, kabar baikpun akhirnya tersiar melalui media setempat beritanews.tv pasca kunjungan Jan kala itu. Dikutip dari kumparan.com disepakati, Indonesia mengirimkan 2,5 juta metrik ton ke Pakistan dalam dua pekan.(Olpah Sari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!