Turki Negeri Istimewa  Sejuta Pesona di Antara Asia dan Eropa

0

Catatan Perjalanan Husni Nafarin “Ketupat Kaum” Menjelajah Turki

Oktober dan Nopember 2022 menjadi bulan spesial bagi seorang Husni Nafarin. Enterpreneur muda Banua berkesempatan mengunjungi Turki. Sebuah negeri sebuah negara yang sering disebut dengan negara dua benua, karena satu-satunya negara yang melintasi 2 benua sekaligus. Letaknya yang berada di dua benua tersebut menjadi faktor sentral dalam sejarah, kebudayaan dan politik di Turki

Bersama 39 orang yang tergabung dalam rombongan umroh asal Banjarmasin, Husni Nafarin dan ibundanya, Ana, berkesempatan melihat dari dekat keindahan dan keunikan kota Istambul dan kota Bursa.Hal ini mereka lakukan bersama rombongan lainnya sebelum berangkat umroh ke tanah suci dalam satu trip perjalanan.

“Alhamdulillah menjelang tutup tahun, kami bersama orangtua dan rombongan lainnya (tokoh agama, pengusaha, ustadz dan mubalig) dari Banjarmasin, berkesempatan terlebih dahulu melawat negara Turki. Ternyata tidak salah kalau Turki itu negara indah dan sejuta pesona wisata termasuk sejarahnya,” cerita Nafarin, saat berkeliling kota Istanbul dan Kota Bursa.

 

Husni Nafarin bersama Ibunda tercinta, Ana, saat menyusuri Selat Bosphorus, Turki.

 

Safari perdana dilakukan dengan mengunjungi kawasan selat Bosphoruslah, yang dikenal sebagai salah satu selat yang menyatukan benua Eropa dan Asia.Dalam historis sejarah saat menaklukkan kota Konstantinopel sultan Muhammad Alfatih kala itu ,memilih selat Bosphorus sebagai salah satu pintu masuk untuk melakukan serangan dalam penaklukan Konstantinopel.

“Literatur sejarah  dan sesuai dengan kondisi sekarang, Konstantinopel lalu berganti nama menjadi Istanbul dan kini menjadi kota terpadat di Turki. Sebab kota ini merupakan pusat perekonomian, budaya dan sejarah, sehingga  didatangi banyak wisatawan dari seluruh penjuru dunia setiap tahunnya.Alhamdulillah kami bisa mengunjunginya,” ujar Nafarin, yang banyak membuat video rekaman perjalanannya ke Turki untuk diposting di media sosial.

Meskipun tanpa didamping tour guide, Nafarin ternyata piawai memberikan info-info menarik kepada rombongan selama perjalanan tour ke Turki. Bahkan sekali-kali ia berinteraksi dengan masyarakat setempat dengan bahasa Turki dan Inggris, saat mengunjungi sejumlah destinasi wisata. Maklum saja, Nafarin sendiri termasuk penggemar sejarah-sejarah Islam dan banyak menghabiskan waktu membaca di perpustakaan kampus saat dirinya menyelesaikan studi pascasarjana di Kuala Lumpur, Malaysia. Bahkan selama menjadi mahasiswa S2 dirinya kerap menjadi tour guide dadakan bagi turis Indonesia dan Banjarmasin saat melawat ke Malaysia dan negara ASEAN lainnya.

 

 

Istanbul sendiri menurut owner Warung Ketupat Kandangan “Kaum”, termasuk kota yang sibuk, apalagi sebagai kota istimewa karena letaknya yang ada di dua benua, Asia dan Eropa. Dan selat Bosphoruslah yang menyatukan dua benua ini. Karena hanya H dalam hitungan beberapa langkah, wisatawan sudah bisa berada di dua Benua sekaligus.

Berbicara Bosphoruslah jelas Nafarin, disebutkan jika selat ini memiliki panjang 30 km dengan lebar maksimum 3.700 meter dan lebar minimumnya 750 meter. Kedalamannya sekitar 36 meter sampai 124 meter. Menyusuri kota ini wisatawan akan menemukan dua jembatan terkenal selain beberapa jembatan lainnya yang selain berfungsi sebagai ikon wisata kota Istanbul, juga sebagai jalur penghubung masyarakat turki di bagian Asia dan Eropa.

“Tadi kami sempat melihat secara dekat  jembatan Bosphorus yang memiliki panjang 1.074 dan jembatan Fatih Sultan Mehmet yang dibangun pada tahun 1988, 15 tahun setelah dibangunnya jembatan Bosphorus pada tahun 1973. Jembatan Fatih Sultan Mehmet lebih panjang dari jembatan Bosphorus, yaitu 1.090 meter, seakan membawa kita ke zaman Turki Usmaniyah,” jelas Nafarin, yang juga pengajar salah satu universitas swasta ternama di Banjarmasin.

 

 

Nafarin sendiri sangat terkesan dengan profesional penyedia tour negeri ini, karena pandai menyenangkan hati wisatawan.Termasuk mereka yang berwisata kapal menelusuri selat yang merupakan tempat bertemunya air laut Marmara dan laut Hitam. Berwisata dengan kapal menelusuri selat ini banyak dijadikan pilihan para turis yang mengunjungi Istanbul, apalagi mereka yang tidak memiliki banyak waktu untuk mengelilingi Istanbul dengan jalan darat.

“Asyiknya kita bisa berhenti dan melihat langsung tempat-tempat menarik dan penting, bahkan sangat bersejarah. Sebenarnya mirip kita susur sungai di Banjarmasin. Terlebih kaya susur sungai Martapura, mulai dari Balai Kota hingga Siring Menara Pandang, indah sekali,” kata Ana, ibunda Husni Nafarin, yang selalu tidak menyia-nyiakan momen berfoto di situs bersejarah di Turki.

 

 

Meskipun hanya berlangsung beberapa jam namun menyusuri sungai menjadi wisata menyenangkan di Turki. Karena wisatawan bisa menyaksikan dari dekat Jembatan Galata, Masjid Ortaköy bersentuhan langsung dengan air di selat Bosphorus dan berada tepat dibawah jembatan Bosphorus.

Selain selat Bosphorus, kali ini rombongan Nafarin yng juga terdapat tokoh muda dan mantan anggota DPRD Kota Banjarmasin, H.Muhdiansyah, mengunjungi salah satu situs warisan sejarah dunia, Hagia Sopia. Tahun 1985 yang ditetapkan secara oleh UNESCO sebagai situs sejarah dunia.

Rombongan sendiri terkesan dengan salah satu situs sejarah yakni Mesjid Biru ( Blue Mosque ) yang merupakan salah satu ikonik Istanbul.Masjid ini terbilang megah yang memiliki enam menara yang menjulang tinggi dan salah satu bangunan ikonik dan selalu jadi pusat perhatian wisatawan dunia, termasuk dari Banjarmasin.

“Masjid ini dikenal dengan nama Sultan Ahmed namun justru lebih terkenal dengan sebutan Masjid Biru. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam, ia merupakan bangunan bersejarah di Istanbul.Beruntunglah kami bisa berkunjung kesini, Masya Allah,” ucap Nafarin seraya mengucap syukur sebelum menunaikan ibadah salat sunah.(Olpah Sari Risanta).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!