Sepenggal Kisah UMKM Batu Malang Yang Menginspirasi

0

 

Kota Batu Malang, Jawa Timur, selalu memberikan kesan mendalam bagi siapa pun yang mengunjunginya. Kota yang dulunya bagian administrasi Kabupaten Malang, yang seiring waktu menjadi kota administratif pada tanggal 6 Maret 1993, tetap menjadi pilihan masyarakat dan wisatawan untuk berwisata.

Batu memang memiliki sejarah bagus, setelah resmi berpisah dari Kabupaten Malang. Sejak itu pula kota yang dikelilingi pegunungan dan lembah ini terus memoles wajah kotanya. Tak terasa Kota Batu Malang semakin melesat di sektor pariwisata.Catatan bagus menunjukkan Batu Malang salah satu daerah di Jawa Timur yang termasuk paling banyak dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara.

Dilansir dari data Dinas Pariwisata Kota Batu Malang, jumlah kunjungan wisatawan hingga pertengahan 2022 mencapai 5 juta orang lebih. Tentunya angkanya membuat Batu bisa tersenyum, karena secara tak langsung menggerakan kembali kebangkitan pariwisatanya.Setidaknya dalam jumlah kunjungan sektor pariwisata daerah ini mampu  menempel  daerah lainnya yang terus memimpin dalam kunjungan wisatawan, yakni Bali dan Jogjakarta.

 

 

Selain pariwisata, perekonomian kota Batu Malang  juga digerakkan komoditas hasil pertanian serta pengrajin UMKM. Pasca pandemi Covid-19, dua sektor ini terus berkontribusi positif bagi pergerakan perekonomian di kota penghasil apel dan sayuran.

Untuk mendukung jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat, Pemerintah Kota Batu mengembangkan berbagai sektor pendukungnya, di antaranya adalah pengembangan produk kerajinan UMKM.

Uniknya pemerintah kota Batu Malang dan pemerintah desa serta masyarakatnya kompak membuat aturan yang alih fungsi lahan pertanian. Sebuah sikap yang dinilai sangat baik dan sangat menjaga kearifan lokal serta lingkungan alam yang asri.

“Karena dengan aturan inilah sekarang beberapa perkampungan terus terjaga dan tumbuh dengan baik sentra pertanian yang mampu meningkat perekonomiannya. Salah satunya aturan itu diterapkan di Desa Junggo Tulungrejo Bumiaji, Kota Malang, hingga saat ini,” terang Imam Hanafi, salah satu penggerak UMKM yang juga Ketua II Gapoktan Mitra Arjuna, saat menerima kunjungan tim Bank Indonesia dan Wartawan Ekonomi Kalsel, Selasa (25/10/2022).

Upaya itu juga ternyata mendorong masyarakat di desa ini menjadi kreatif dengan terjun mengembangkan usaha rumahan dalam sentra produksi oleh-oleh berbasis buah dan sayuran.Agar produk berkualitas dan mampu menjadi oleh-oleh yang terjaga pasarnya, para pengrajin camilan dan minuman bergabung dalam Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mitra Arjuna.

 

 

Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mitra Arjuna ini anggotanya adalah UMKM binaan KPw Bank Indonesia. Kiprah Gapoktan ini benar-benar memberikan warna tersendiri di kota Batu Malang. Terbukti Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mitra Arjuna, menyabet gelar juara dua nasional klaster BI pada  tahun  2018.Sebuah prestasi membanggakan untuk bagi warga kota apel.

“Alhamdulillah, berkat pembinaan Bank Indonesia, kami bisa memberikan kontribusi positif meraih gelar juara dua nasional klaster BI pada tahun  2018.Tetapi yang terpenting kehadiran Gapokta Mitra Arjuna adalah bagaimana bisa memberdayakan masyarakatnya dengan mendorong dalam  Kelompok dengan bisnis usaha dan orientasi sosial.Meskipun begitu ini akan mendorong pula kepada kesejahteraan pelaku usaha atau UMKM di desa ini,” Ir Luki Budiarti, Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mitra Arjuna, saat mengajak para wartawan mengunjungi sentra UMKM.

 

 

Ketekunan dan uletnya UMKM di bawah Gapoktan yang didirikan 2007 silam, memang membuat desa Desa Junggo salah satu sentra produksi oleh-oleh khas batu. Hampir sebagian besar masyarakatnya mengembangkan usaha pembuatan camilan oleh-oleh, seperti sari buah apel, keripik sayur termasuk varian cabai, keripik apel dan kripik buah lainnya.

“Ada nilai lebih yang mereka kembangkan disini. UMKM terus mendapat kekuatan spirit dari Bank Indonesia yang terus melakukan pembinaan.Selain itu mereka mempertahankan kualitas produk dan mampu menjaga keharmonisan pasar. Terbukti produk olahan masyarakat petani ini menjadi oleh-oleh yang selalu disambut positif pasar dan  wisatawan,” terang Eko Anggoro, salah satu wartawan yang ikut dalam rombongan bersama Bank Indonesia. (Olpah Sari Risanta).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!