Cerdas, Kalsel Kembangkan Budidaya Padi Apung

0

Banjarbaru – Kalimantan Selatan dikenal sebagai daerah yang memiliki potensi pertanian sangat baik.Apalagi sebagian besar wilayahnya dikeliling lahan rawa. Lahan rawa sangat potensial untuk pertanian baik untuk tanaman pangan, sesayuran dan bebuahan, dan tanaman tahunan.

Kalimantan Selatan  misalnya, kawasan rawanya banyak ditanami padi rawa dan tanaman jeruk dengan sistem surjan. Harapannya pemanfaatan lahan rawa semakin optimal sehingga sektor pertanian di masa yang akan datang semakin maju.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kalsel, Ir.H.Syamsir Rahman,MS, mengatakan Kalsel sekarang tengah mengembangkan budidaya padi apung, sebagai bagian optimalisasi lahan rawa yang membentang di berbagai daerah di Bumi Lambung Mangkurat. Budidaya padi apung merupakan teknik budidaya yang menggunakan rakit sebagai wadah tanam. Teknologi Sawah Apung (floating rice technology) merupakan adaptasi penanaman padi pada daerah rawan banjir. Pada tahun 2021, seperti yang dilansir http://sulbar.litbang.pertanian.go.id/ menyebutkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) mulai mengembangkan model budidaya padi apung melalui kegiatan Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) di kolam Agro Edu Wisata IP2TP Sukamandi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi).

“Untuk tahap awal kami ujicobakan 20 hektare di kawasan Desa Hamayung dan Paharangan, Kecamatan Daha Utara, Kota Nagara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.Dengan luasan lahan 12 ribu hektare,” kata Syamsir Rahman, kepada wartawan, usai Kegiatan Pelantikan Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas dan Kepala Sekolah dilingkungan Pemprov Kalsel, di Gedung Idham Chalid, Setda Provinsi Kalsel, Selasa (14/6/2022).

 

 

Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kalsel sendiri optimis budidaya padi apung mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Terbukti ada 95 batang anakan padi berkembang dan diproyeksikan jika panen akan menghasilkan produksi padi 8 ton.Menggunakan media tanam rakit styroform. Pada dasarnya teknologi budidaya padi apung sama seperti budidaya padi di sawah. Hanya saja implementasi budidaya ini dilakukan pada lahan tergenang.

“Ada dua jenis stryroform yang kita gunakan yakni ukuran 5 centimeter dan 10 centimeter.Kalau percobaan ini jadi dan bagus,kita akan menggunakan dengan plastik supaya tahan lama dan itu akan kita berikan kepada petani.Supaya petani kita bisa menerapkan, kalau tidak ada keberhasilan mereka tidak percaya begitu saja. Harus ada contoh yang baik,” tambah Syamsir Rahman.

Program Budidaya padi apung sendiri menurut Syamsir, sebagai langkah antisipasi agar Kalsel tidak lagi kehilangan lahan pertanian. Karena sebagian besar lahan hilang karena munculnya perumahan dan faktor lainnya.Apalagi sebagian besar diantara lahan-lahan rawa itu banyak yang tidak tergarap dalam rentang waktu puluhan tahun lamanya.

“Nah di Hulu Sungai Selatan ini nantinya, berdampingan dan kita padukan dengan wisata kerbau rawa.Hal ini sebagai motivasi bagi Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan daerahnya sekitarnya seperti Hulu Sungai Utara dalam mengembangan pertanian yang semakin baik.Mereka harus bergerak juga, jangan terlalu berharap pemerintah. Karena saya minta Pak Bupati untuk menyiapkan anggaran pendamping yang ada di kabupaten,” jelasnya lagi.

Program budidaya padi apung sendiri sudah dilaporkan kepada Menteri Pertanian dan Gubernur Kalsel.Keduanya mengapresiasi yang ditempuh Kalsel dalam mengoptimalisasi lahan rawa dengan program budidaya padi apung.Karena sangat efisien dan menguntungkan bagi petani.

“Karena tidak perlu menggunakan traktor,petani tidak perlu capek, hanya menyiapkan media paring atau bambu serta menyisihkan lahannya.Uniknya ketika panen nanti kita tinggal mengikat dan menarik saja, efisien.Dan padi apung ini tahan dengan hama tungro,” tutupnya. (Olpah Sari Risanta).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!