Saatnya Kalsel Produksi Perkebunan Kopi Sendiri

0

Tahun 2022 Program Pengembangan Tanaman Kopi Start di Batola

Tak hanya mengembangkan perkebunan berkelanjutan pada komoditas karet dan sawit, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga mendorong pengembangan tanaman kopi sebagai produk unggulan daerah. Tahun 2022 Kabupaten Barito Kuala menjadi pilot project pengembangan industri tanaman kopi.

Pengembangan tanaman kopi jenis Liberika yang potensial merupakan sebagai bagian restorasi lahan gambut dan rawa di kawasan Barito Kuala. Hal ini selaras pula dengan upaya yang dilakukan Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan, pada tahun 2021 dengan program pengembangan kopi.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan, Drh.Hj.Suparmi MS, menyebutkan pengembangan kopi juga merupakan salah satu program strategis untuk komoditas ekspor melalui gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) yang merupakan program andalan Kementerian Pertanian agar produk lokal atau nasional berdaya saing dunia.

 

 

“Rencana untuk program strategis ini ada dua jenis kopi yang dikembangkan yakni Liberika dan Robusta.Di Kabupaten Barito Kuala sendiri dikembangkan kopi Liberika, Kopi liberika (Coffea liberica) dikenal sebagai kopi khas gambut karena kemampuan untuk bisa beradaptasi dengan baik ditanah gambut,” terang Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan, Drh.Hj.Suparmi MS, saat menggelar kegiatan Sosialisasi program dan kegiatan Perkebunan dan Peternakan bersama Insan Media, di Aula sawit, Kantor Disbunak Kalsel, Banjarbaru, Kamis (30/12/2021).

Mengapa pilihan pengembangan tanaman kopi untuk Barito Kuala ?. Ternyata lahan-lahan yang ada di kawasan ini dinilai cocok untuk dikembangkan tanaman kopi. Hal ini semakin menguatkan Barito Kuala sebagai daerah produsen tanaman pangan berupa beras dan holkultura seperti jeruk, nanas dan rambutan terbesar di Kalsel. Dan ketika dikembangkan tidak mengganggu keberadaan sentra komoditas pertanian yang sudah ada.

 

 

 

Karena itulah sesuai visi dan misi Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor, mendorong pembangunan sektor pertanian, di antaranya pembukaan lahan rawa lebak seluas 4.000 hektare di Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2018 lalu, yang diikuti pula dengan pengembangan tanaman-tanaman produktivitas, maka pengembangan kopi pada dasarnya juga mendorong peningkatan perekonomian daerah setempat dan Kalsel. Pengembangan kopi dilakukan setiap tahun, sesuai standar dengan memanfaatkan penanaman di sela-sela perkebunan karet dengan sistem tumpang sari ganda.

“ Di kalsel sendiri ada 3.035 hektar perkebunan kopi dengan 2.394 hektar tanaman yang menghasilkan. Untuk kopi di Batola sendiri diproyeksikan 500 hektare untuk dikembangkan dan startnya tahun 2022. Sesuai harapan Pak Gubernur, agar pemerintah dalam hal ini Disbunak mendorong kopi sebagai komoditas perkebunan agar tidak hanya memenuhi Kalsel tetapi juga nasional, dan menjadi produk ekspor unggulan,” beber Suparmi.

 

 

Berdasarkan data Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, saat ini telah dikembangkan tanaman kopi jenis Robusta dan Liberika.Dan sejumlah kantong-kantong penghasil kopi sendiri ada di Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Tabalong, Balangan, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru serta Kabupaten Banjar.

Perhatian Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam mendorong peningkatan produktivitas sektor perkebunan adalah memberikan bantuan bibit kopi kepada petani.Tercatat sejak tahun 2016 silam, pemerintah daerah melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan sudah menggelontorkan bantuan bibit kopi robusta sudah diberikan secara gratis ke Petani disertai alat pengolahan kopi.

Sekedar diketahui kopi liberika memiliki potensi ekonomi yang tinggi sebab produk kopi liberika mulai disukai oleh konsumen karena cita rasanya. Literatur berbagai penelitian ilmiah menyatakan dalam satu batang pohon kopi liberika bisa menghasilkan lebih kurang sekitar 15–20 kg buah kopi. Jika sudah mulai berbuah, dalam kondisi ideal kopi liberika meranti bisa dipanen 20 hari sekali.

“Sebenarnya karakteristik lahan di Kalsel ini sangat cocok untuk ditanam semua jenis kopi. Potensi inilah yang tengah kami dorong dalam pengembangan tanaman kopi ke depan yang semakin baik.Mohon dukungan semua masyarakat termasuk rekan-rekan media,” ujar Suparmi.

Setidaknya dengan produksi kopi yang tinggi, membuka peluang menjadi produsen kopi berkualitas seperti halnya provinsi lainnya seperti Aceh, Jambi dan Riau. Perkebunan kopi  sendiri dinilai memberikan harapan penghasilan yang bisa mendorong pergerakan perekonomian daerah. Tak itu progran pengembangan tanaman kopi, seperti halnya di Batola tahun 2022, menjadi  upaya reforestasi kawasan hutan terdegradasi serta merestorasi lahan gambut. (Olpah Sari Risanta).

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!