Mengembangkan Daya Kreativitas Siswa Diantara Pengetahuan (knowledge age) dan Era Globalisasi

0

                                 Oleh Lutfiyanti Fitriah, M.Pd

 Dinamika kehidupan telah menuntut masyarakat untuk menguasai berbagai kompetensi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara eksponensial berubah dengan sangat cepat menjadikan kita harus mengejar perubahan tersebut. Generasi muda sebagai pewaris bangsa tidak hanya menempati posisi sebagai penikmat teknologi melainkan harus bisa memanfaatkannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat atau bahkan menciptakan teknologi tersebut.

Oleh karena itu, siswa selaku penerus estafet pembangunan bangsa dan negara harus dibekali dengan berbagai kompetensi dan didorong untuk mengoptimalkan semua potensinya agar mampu beradaptasi dengan masa kini dan masa depan.

Pada abad sebelumnya teknologi tidak berubah drastis dan materi yang dipelajari siswa di sekolah masih memiliki relevansi dengan generasi sebelumnya. Namun, di abad ini materi yang dipelajari oleh siswa sangat mungkin tidak relevan dengan kebutuhan masa depan. Dengan demikian, IQ saja tidak dapat diandalkan oleh siswa untuk mengikuti perkembangan era. Siswa zaman now juga harus memiliki daya kreativitas (daya cipta) yang segar agar adaptif terhadap masa depan.

 

 

Dengan kreativitas siswa kelak dapat melahirkan inovasi-inovasi baru di berbagai bidang kehidupan. Jadi, kreativitas merupakan salah satu kompetensi yang urgen untuk digali dan dikembangkan pada diri siswa. Hal ini sejalan dengan Framework Partnership of 21st Century Skills (P21) yang mengidentifikasi 4 kompetensi pada abad 21 yang perlu dikuasai oleh siswa, yaitu creativity & innovation, communication & collaboration, critical thinking & problem solving. Pengembangan kreativitas pada diri siswa mutlak harus dilakukan untuk menghadapi era pengetahuan (knowledge age) dan era globalisasi yang sedang berfluktuasi dengan cepat. Di sini pendidikan berperan vital dan strategis dalam mengembangkan kreativitas tersebut

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk membantu siswa mengeluarkan, menumbuhkan, dan mengembangkan, serta mengoptimalkan daya raga, daya rasa, daya pikir, dan daya karya. Pendidikan sangat diandalkan untuk melahirkan generasi yang secara simultan intelek dan kreatif dalam menghadapi masa depan. Generasi ini merupakan sosok-sosok yang berani menerobos hal-hal ortodoks dan konvensional untuk menemukan senyawa inovasi yang mutakhir.

Guru yang merupakan salah satu komponen pendidikan berperan dalam memandu siswa dalam mengindentifikasi, membina, menanamkan, dan mengembangkan berbagai daya yang ada pada diri siswa. Dengan demikian, siswa mampu mengaktualisasi daya tersebut guna berkontribusi pada pembangunan bangsa sehingga Indonesia menjadi bangsa yang unggul dan kompetitif.

Albert Einstein, seorang ilmuwan fisika yang berhasil memperoleh nobel di bidangnya mengatakan “Seni tertinggi guru adalah untuk membangun kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan”. Hal ini kiranya benar karena guru terbaik adalah guru yang kreatif sehingga mampu melahirkan generasi yang inovatif. Ungkapan tersebut juga menunjukkan bahwa guru memiliki peran strategis dalam mengantarkan anak didiknya ke gerbang kesuksesan. Fungsi guru bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan melainkan pula memancing bakat yang ada di dalam diri siswa, termasuk kreativitasnya, sehingga bakat tersebut dapat muncul sebagai sesuatu yang nyata.

Kreativitas merujuk pada kemampuan seseorang untuk mencipta. Produk dari kreativitas adalah suatu inovasi yang bersifat baru (novel), berguna (useful), dan dimengerti (understandable). Produk tersebut dapat berupa penemuan di bidang ilmu pengetahuan, karya seni, karya sastra, dan hasil pemikiran. Taksonomi Bloom mengategorikan kreativitas ke dalam ranah kognitif C6 yang merupakan ranah kemampuan kognitif tertinggi bagi seseorang.  Jadi, orang yang kreatif merupakan orang memiliki tingkat pemikiran tertinggi dibanding orang yang hanya mampu menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi. Karakter orang kreatif antara lain berpikir divergen (mencari berbagai alternatif solusi dan mencari sesuatu yang baru), fleksibel dalam menyelesaikan persoalan, mampu melahirkan ide orisinal, baru, dan mengejutkan, cakap dalam banyak hal (multiple skills), pantang menyerah, disiplin, berpikir mandiri komunikatif, terbuka, rasa ingin tahu tinggi, kaya akan ide dan fantasi, imajinatif, bergairah untuk berinovasi, dan berani mengambil resiko

Lalu, bagaimana cara menumbuh kembangkan kreativitas siswa? Di sini perlu kolaborasi dan kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat agar sama-sama mendorong anak menjadi pribadi yang kreatif. Namun, pembahasan ini fokus pada cara yang bisa diaplikasikan oleh guru selaku manajer belajar untuk menanam dan memupuk kreativitas siswa di kelas.

Sebelum menumbuh dan mengembangkan kreativitas siswa, guru terlebih dulu berjiwa kreatif (teacher scholar). Guru yang seperti ini memiliki karakter selalu ingin mengetahui hal baru, berkemampuan analisis yang baik, bijaksana, dan berintegritas. Hanya guru kreatif yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang kreatif. Selanjutnya, berikut berbagai cara yang bisa ditempuh oleh guru guna melahirkan jiwa-jiwa kreatif:

  1. Menerapkan pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.
  2. Menerapkan pembelajaran bermakna, yaitu pembelajaran yang menghubungkan informasi yang telah diketahui siswa dengan informasi baru. Termasuk dalam pembelajaran bermakna adalah pembelajaran berbasis kearifan lokal.
  3. Menerapkan pembelajaran terpadu (integrated learning) yang memungkinkan siswa dapat melihat keterkaitan antar mata pelajaran yang dipelajarinya dan keterkaitan pelajaran di sekolah dengan kehidupan nyata sehingga mereka mampu berpikir secara konseptual, holistik, dan integral.
  4. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning), yaitu pembelajaran yang menggembirakan dan menggairahkan bagi siswa. Caranya adalah dengan menghindari menempatkan siswa hanya sebagai pendengar, mengajak siswa berdiskusi, murah senyum, komunikatif, ramah, dan tidak memberikan terlalu banyak PR serta menerapkan metode pembelajaran yang variatif. Apabila siswa senang, maka siswa mampu fokus belajar dan bersemangat mengikuti pembelajaran sehingga memancing munculnya kreativitas.
  5. Menggunakan variasi strategi pembelajaran yang bersifat student centered, misalnya learning and thinking strategies, problem based learning, project based learning, inquiry discovery learning, cooperative learning, role play, classroom discussion learning, collaborative learning, pembelajaran kausalitik, dan outdoor learning.
  6. Menerapkan pembelajaran yang tidak bersifat hafalan (rote learning).
  7. Mengajak siswa untuk melakukan eksplorasi dan eksperimen secara nyata (hands on activity).
  8. Menggunakan peta konsep dalam mengajarkan materi pelajaran dan melatih siswa untuk membuat peta konsepnya sendiri. Peta konsep diyakini dapat mengaktifkan seluruh otak, menstimulus siswa memproduksi ide, melatih siswa mencari solusi yang kreatif, dan menjadikan mereka imajinatif.
  9. Memfasilitasi diskusi untuk menghasilkan berbagai ide.
  10. Memberikan pertanyaan divergen yang memungkinkan siswa memberi solusi jawaban dengan berbagai cara dari segala sudut pandang. Pertanyaan seperti ini dapat berupa soal open ended.
  11. Memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan penalaran siswa sehingga mereka dapat mencari berbagai informasi dari segala perspektif dan mensintesisnya menjadi satu solusi atas suatu permasalahan.

Demikianlah berbagai cara yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kreativitas siswa oleh guru. Setiap anak lahir dengan bakat luar biasa yang diberikan oleh Sang Pencipta. Namun, bakat tersebut akan lenyap apabila tidak dipupuk, dirawat, dan dikembangkan. Guru sebagai insan pendidik berkewajiban berperan aktif dalam mengoptimalkan kreativitas yang ada pada diri siswa sehingga siswa kelak dapat menjadi innovator-inovator unggul di berbagai bidang kehidupan dan mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa.

 

  • Penulis adalah Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Tadris Fisika.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!