Catatan BPDPKS Journalist Fellowship & Training 2021

0

Ekonomis Potensi Sawit Banua, Spirit Sejahtera Lapangan Kerja

Di tengah terpaan kampanye miring sebagai dampak dari persaingan dagang dan komoditas nabati dunia, industri kelapa sawit Indonesa terus menggeliat.Beberapa tahun terakhir pun komoditi ini ternyata berhasil menggeser posisi kedelai yang dikenal bahan baku utama nabati dunia.

Perkembangan menggembirakan ini pun menunjukkan jika hasil produksi kelapa sawit dan turunannya lebih tinggi dan kecilnya penggunaan lahan dibandingkan dengan kedelai. Berdasarkan Data Fas.USDA.gov tahun, seperti yang dilansir investor.id, sedikitnya 276,6 juta hektar merupakan total luas lahan tanaman minyak nabati di dunia. Pada tahun tersebut pula tercatat produksi minyak kelapa sawit berada di kisaran 69,8 juta ton (34 persen), sedangkan minyak kedelai menyusul 66,2 juta ton (27 persen) .

Tak hanya itu kontribusi industri kelapa sawit turun berperan mengentaskan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja untuk lebih dari 16 juta tenaga kerja dan merupakan kontribusi terbesar ekspor non migas dengan menyumbang 15,6% dari total ekspor non migas tahun 2020. Tak heran jika sektor kelapa sawit nasional menjadi tulang punggung perekonomian nasional dan komoditas sektor Industri ekspor.

 

 

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia dalam rilis terbarunya menyebutkan ekspor minyak sawit bulan September 2021 turun menjadi 2,886 juta ton setelah naik 4,274 juta ton pada bulan Agustus 2021. Namun Harga CPO Cif Rotterdam pada bulan September US$1.235/ton yang lebih tinggi dari bulan Agustus sebesar US$1.226/ton sedangkan harga soybean oil (Dutch, ex mill) turun dari US$1.435/ton menjadi US$1.405/ton, sunflower oil (FOB NW Europe) turun dari US$1.380/ton menjadi US$1.333/ton dan rapeseed oil (Dutch FOB) naik menjadi US$1.606/ton dari US$1486/ton. Kenaikan harga minyak sawit mungkin disebabkan rendahnya stok awal bulan September yang hanya 3,4 juta ton, 1,1 juta ton lebih rendah dari stok awal Agustus.

 

Bagaimana dengan di Kalsel ?  Ternyata di bumi Pangeran Antasari ini luas areal perkebunan kelapa sawit telah mencapai 426.445 hektare yang terdiri dari 313.545 hektare milik perusahaan swasta, sedikitnya 6.489 hektare milik perusahaan negara dan diusahakan masyarakat atau rakyat adalah seluas 106.441 hektare .

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan, Drh Hj.Suparmi Msi, mengatakan dari keseluruhan lahan perkebunan kelapa sawit ini, Kalsel sendiri memiliki produksi sawit mentah (crude palm oil atau CPO) mencapai 1.130.745 ton.

“Saat ini jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada sebanyak 97 perusahaan dengan pabrik CPO ada 39 PKS. Dari sektor perkebunan kelapa sawit sendiri telah menyerap tenaga kerja sebanyak 71.006 orang.Artinya sektor ini juga memberikan spirit ekonomi untuk mensejahterakan masyarakat di banua,” terang Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan, Drh Hj.Suparmi Msi,saat ramah tamah di BPDPKS Journalist Fellowship & Training 2021, Hotel Golden Tulip Banjarmasin, Kamis malam (11/11/2021).

Tentunya dianugerahi potensi-potensi yang dimiliki, menurut Mamiek sapaan Suparmi, Pemprov Kalsel berupaya meningkatkan produksi dan produktivitas kelapa sawit pekebun melalui program yang didukung dari pendanaan BPDPKS. Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari tahun 2018 sampai 2021 seluas 16.217 hektare. Untuk target 2021, target PSR seluas 11.900 hektare. PSR dialokasikan di Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, dan Barito Kuala.

 

 

Beberapa saat lalu juga sambung Suparmi,  sudah dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Pelaksanaan Program SISKA KU INTIP antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dengan Perusahaan Besar  Perkebunan Kelapa Sawit sebagai bentuk komitmen dalam pelaksanaan Integrasi Sawit-Sapi berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma guna Percepatan Swasembada Sapi Potong di Kalimantan Selatan.

“Jika dikaitkan dengan hal ini dalam mendukung ketahanan pangan diversifikasi integrasi perkebunan kelapa sawit dengan komoditas lainnya sangat penting sekali.Integrasi tersebut salah satunya adalah peternakan sapi potong sebagai upaya pula percepatan swasembada sapi di Banua,” beber Suparmi.

Kalimantan sendiri menurutnya juga mendorong pengembangan hilirisasi industri sawit. Kalsel saat ini baru memiliki dua industri pengolahan sawit menjadi minyak goreng. Tak hanya itu peluang investasi hilir berbasis komoditas kelapa sawit untuk dikembangkan di Kalsel sendiri diantaranya industri oleokimia (sabun,deterjen,produk kecantikan, semir sepatu). Di satu sisi bidang industri oleofood seperti minyak goreng, salad, mentega hingga lemak pengganti susu.

 

 

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalsel, Edy S Binti, menegaskan secara umum pelaku industri kelapa sawit tetap komitmen menjalankan industri perkebunan sesuai koridor dan berbasis kepada kerakyatan, sebagai kontribusi kepada negara.

Meskipun diakui isu-isu negatif terkait sawit harus disikapi dengan dewasa dan prinsipnya sawit itu tidak merugikan masyarakat maupun lingkungan.Apalagi Isu-isu dan tuduhan negatif terhadap sawit banyak yang berasal dari luar Indonesia dan umumnya tidak berdasarkan fakta objektif di lapangan.

“Sejumlah isu dikemas dan diproduksi sebagai dampak persaingan komoditas minyak nabati dunia. Kita pun dalam menjalankan usaha perkebunan sesuai aturan dan tetap diawasi pemerintah, termasuk halnya menjalankan Sistem Sertifkasi Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustable Pal Oil atau ISPO,” tegas Edy.

Helmi Muhansyah, Kepala Divisi UKMK Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit menyampaikan potens-potensi industri sawit Indonesia harus dilihat secara utuh bukan sepotong-potong. Karena itulah pemahaman-pemahaman terkait perkebunan sawit yang sehat dan berkelanjutan Indonesia harus disampaikan lebih intens dan luas lagi kepada masyarakat.

Karena itulah melalui BPDPKS Journalist Fellowship & Training 2021 Bacth II yang diselenggarakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, potret industri perkebunan sawit Indonesia bisa dipahami masyarakat melalui peran informasi para awak media. Sehingga informasi-informasi benar tentang sawit memberikan gambaran bahwa potensi sawit adalah untuk mendukung perekonomian dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar termasuk petani sawit swadaya.

“Melalui pemahaman inilah kawan-kawan media bisa melihat dan memotret potensi sesungguhnya industri sawit Indonesia secara utuh. Mulai dari sawit, perluasan pasar sawit, produk turunannya hingga isu-isu terkini black campaign yang selalu menyerang Indonesia,” pungkasnya. (Muhammad Risanta).

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!