Desa Wisata Masa Depan Pariwisata Potensial Ciptakan Lapangan Kerja

0

Jakarta – Desa Wisata dinilai sangat potensial menjadi masa depan pariwisata Indonesia. Desa wisata sangat potensial menciptakan lapangan kerja, dengan mengoptimalkan potensi sumber daya ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat.

Menteri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan pihaknya sendiri memfokuskan Program-program pengembangan desa wisata dan desa kreatif. Utamanya dalam hal pengembangan produk dan jasa digital desa serta produk unggulan dengan konsep one village one product dalam lingkup kewirausahaan.

“Desa wisata sangat potensial menjadi pencipta lapangan kerja yang kita rasa sangat dibutuhkan, terutama saat ini di tengah pandemi dan tantangan ekonomi,” kata Menparekraf Sandiaga Uno,saat berbicara santai secara daring dalam kegiatan “IYES Goes To Campus” bersama Universitas Mulawarman , Sabtu (2/10/2021).

Sandiaga Uno menilai produk yang memiliki nilai tambah seperti kuliner, kriya, dan fesyen lebih mudah untuk dapat diterima pasar dan meningkatkan perekonomian domestik. Ha ini juga membuka peluang besar  untuk dapat merambah pasar ekspor ke depan.

“Melalui pelatihan dan pendampingan, menjadi tugas kami melakukan monitoring secara berkala agar ada pengembangan mulai dari inisiatif produk sampai pengaplikasian nilai-nilai berkelanjutan,” ujar Sandiaga.

 

Salah satu potensi sumber Desa Wisata dan Desa Kreatif adalah sumber daya alam. Seperti Air Terjun Haratai, Loksado, Kandangan, yang bisa dikembangkan lebih baik lagi melalui pemberdayaan anak muda dan kreativitas desanya.(Foto diambil sebelum Pandemi)

 

Sandiaga Uno juga menyebut peran generasi muda khususnya mahasiswa sangat penting untuk dapat melihat potensi pariwisata dan ekonomi kreatif kawasan pedesaan dalam menyerap dan membuka lapangan kerja. Oleh karena itu, Sandiaga mengajak mahasiswa untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut dengan menciptakan peluang bisnis UMKM yang terdigitalisasi dan berbasis ekonomi kreatif.

 

Semakin banyak anak muda yang berkecimpung di dunia wirausaha, akan semakin banyak pula produktivitas yang dihasilkan sehingga berdampak pula pada meningkatnya perkembangan ekonomi nasional.

 

 

“Ini peluang wirausaha muda dan saya ingin seribu orang yang hadir di sini melihat bahwa ke depan anak-anak muda itu jangan lulus terus mencari kerja, mereka harus mulai memikirkan untuk menciptakan lapangan kerja, memulai usaha yang akan mengurangi tingkat pengangguran, dan ternyata datanya menolong sekali. Bahwa 50 persen lebih dari lulusan universitas ingin membuka usaha sendiri,” sebutnya.

Koordinator Industri Kreatif Fesyen, Kriya, dan Desain Produk Kemenparekraf/Baparekraf, Romi Astuti, menjelaskan, pelatihan dan pendampingan yang dijalankan Kemenparekraf diantaranya adalah memaksimalkan teknologi digital dalam upaya memperluas pasar dan daya saing. Pendampingan dilakukan bagi masyarakat pedesaan, karena saat sentra ekonomi kreatif dan juga kegiatan pariwisata lebih banyak tersebar di pedesaan dibanding perkotaan.

“Seperti pendampingan di salah satu desa di Labuan Bajo. Kami memberikan pendampingan pembuatan motif baru kain tenun, juga fotografi produk serta digitalisasi dengan memaksimalkan ekonomi digital. Hasilnya penjualan mereka jadi meningkat hingga dua kali lipat. Pelatihan pun lebih banyak diikuti anak-anak muda di desa tersebut,” jelas Romi.

Sementara Associate Professor and Certified Financial Planner, Dwi Wulandari, mengungkapkan, saat ini memang sudah saatnya bagi pemerintah untuk memaksimalkan potensi ekonomi kreatif yang ada di desa. Karena desa wisata kreatif dinilai sebagai tulang punggung perekonomian tanah air. Karena itulah bagaimana desa dapat menghadirkan produk unggulan yang memiliki keunikan, bernilai ekonomi, dan mudah diusahakan.

Selain itu juga memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dan bersifat kontinyu, memiliki skala ekonomi besar, serta berpengaruh terhadap perekonomian.

“Keberadaan desa mandiri, yakni desa yang mampu mengatur dan membangun desanya dengan memaksimalkan potensi yang ada di desa dan kemampuan masyarakatnya dan tidak tergantung pada bantuan pihak luar harus terus didorong,” kata Dwi Wulandari. (Olpah Sari Risanta)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!